2. Rupanya Luka

109 73 14
                                    

Hurts So Good - Astrid S

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

_____________________________________

Taksi yang ditumpangi Senja berhenti di sebuah rumah mewah berlantai dua dengan gerbang bercat hitam. Setelah turun dari taksi, gadis itu menurunkan tudung hoodie jingganya, kemudian menatap rumah mewah juga gerbang itu dengan pikiran berkecamuk. Kedua tangannya yang terkepal erat ia remas-remas. Cemas, gugup, khawatir, ingin marah, dan sedih, semua bercampur menjadi satu. Hatinya gelisah tak menentu, pikirannya terasa berat karena dijejali begitu banyak pertanyaan dari dalam dirinya sendiri. Apalagi ketika megingat semua hal yang diceritakan oleh Handra Wiguna, sang dokter muda yang merawatnya, membuat gadis itu semakin gelisah.

Dari dalam pos, seorang satpam yang terkejut melihat kedatangan Senja seketika berjalan menuju gerbang dengan sedikit cepat. Pria paruh baya itu membuka pintu gerbang, membuat Senja seketika menoleh. "Non Senja!" panggil sang satpam, Danigra Wijaya, membuat Senja tersenyum tipis dengan sedikit canggung, hingga gadis itu berusaha untuk terlihat tak gelisah. Sementara pria itu mendekati Senja dengan raut wajah senang bercampur tak percaya. "Ini beneran Non Senja?"

"Iya Pak, ini saya," jawab Senja sembari mengangguk singkat. "Bapak apa kabar?"

"Alhamdulillah baik Non. Non Senja sendiri gimana kabarnya? Terus Non Senja kapan bangun dari komanya?"

"Saya baik Pak. Saya baru sadar tadi siang."

"Alhamdulillah. Saya sangat bersyukur Non Senja nggak koma lebih lama lagi, soalnya itu bikin saya sedih, kangen juga sama Non Senja."

Senja tersenyum. "Iya Pak, saya juga sangat bersyukur."

"Oh iya, wajah Non Senja kan masih pucet, sama dokternya kok dibolehin pulang?"

"Dibolehin Pak, tapi nanti saya harus balik lagi ke rumah sakit." Dani membulatkan mulutnya sembari mengangguk. Akhirnya, pria itu mempersilahkan Senja masuk ke halaman rumah mewah itu.

Dani menutup gerbang, kemudian berbalik dan menatap Senja. "Mari Non, saya antar sampai ke teras rumah," ucapnya menawarkan diri.

"Nggak perlu Pak, biar saya sendiri aja."

"Ya udah, terserah Non aja. Hati-hati ya."

"Iya Pak."

Setelah berpamitan pada Dani, Senja menghela nafas, akhirnya tak perlu lagi menahan rasa gelisahnya. Gadis itu melangkah menuju ke rumah mewah itu dengan perasaan campur aduk dan pikiran yang berkecamuk. Ia berjalan kaku dengan kedua tangan terkepal yang diremas-remas, lagi.

Sesampainya di teras rumah mewah berlantai dua itu, Senja terdiam, menatap gelisah sebuah pintu besar bercat putih. Gadis berwajah pucat itu mengeratkan kepalan tangannya, kemudian mengatur nafas dan degup jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya.

Setelah bisa menguasai diri, Senja menekan bel yang ada di sebelah kiri pintu. Beberapa detik kemudian, pintu besar itu terbuka, dan menampilkan seorang wanita paruh baya dengan seragam khas asisten rumah tangga. Wanita yang awalnya melebarkan mata itu kini membekap mulutnya, menatap terkejut pada Senja yang tersenyum sembari menatapnya.

Our TwilightWhere stories live. Discover now