17. Rahasia Sangkala

41 18 0
                                    

Opera Gala: Great Arias from Mozart, Verdi, Rossini, and Others

Sorry banget kalo lagunya random, bikin bingung, dan nggak jelas, atau gimana gitu.🙏
Aku nyari ini mendadak banget soalnya.🙏

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

_____________________________________

Senja meletakkan ponselnya dalam keadaan tengkurap di lantai, sementara dirinya bersandar pada badan ranjang dengan mata terpejam. Tak lama, sebuah lagu opera yang dinyanyikan solois wanita mengalun dalam bahasa Turki. Mengalun cukup keras hingga Senja yang masih memakai seragam tertidur. Sungguh-sungguh tertidur meski—

🎵🎵🎵

—setetes air mata menerobos dari pintu sudut matanya.

🎵🎵🎵

Cairan itu mengalir, terjatuh, dan mengenai tangan.

🎼🎼🎼

Namun meski tidak abadi, berkasnya tertinggal—

🎼🎼🎼

—seperti luka.

🎵

🎵

🎵

Menjalar.

🎼🎼🎼🎼

Dan merembet.

Namun di sisi lain, tak terlalu jauh dari satu ruangan itu, Kala berdiri di depan sebuah bangunan yang tak jauh dari Ridma Apartment, Kafe Bumi. Tepat pada tepi jalan, cowok itu menyeruput satu gelas bubble tea yang beberapa detik lalu ditukarnya dengan uang.

Tapi aliran bubble tea yang mengarungi sedotan tak ada lagi, terhenti, Kala tak sengaja melihat seseorang memasuki kafe, menghampiri seorang cowok bertopi dan bermasker di sudut dinding kaca, duduk di depan cowok itu dengan senyum lebar.

"Bang Sangga?"

🌥️🌥

"Sek."

Kala menoleh, entah karena refleks atau karena nada panggilan serius yang kini sinkron dengan raut wajah Sadika. Padahal tanpa menoleh pun, cowok itu bisa menyahut jika hanya sebuah, "Hm?"

Perlahan-lahan, Sadika mendudukkan diri di sebelah Kala, pada gazebo tanpa kaki di dekat kolam renang. "Gue ... ah enggak, kita. Maksud gue kita."

"Kita? Kayak apa aja."

Benar, benar jika kalimat sebelumnya adalah sebuah lelucon, lelucon yang diucapkan Kala dengan datar, dan direaksi Sadika dengan kekehan samar. Hanya itu—

"Setengah garing."

—tidak lebih. Mungkin lebih tepatnya sangat garing karena—

Kala terdiam, wajahnya datar.

—kekehan itu agak dipaksakan, setidaknya untuk mengisi suara yang sedari tadi kosong, seperti angka nol.

"Kita ... harus gimana, Sek? Gue bener-bener, bingung."

Our TwilightWhere stories live. Discover now