36. Wahai Kamu

16 5 0
                                    

Secret Number - Starlight

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

____________________________________________

“Gimana? Udah bisa dihubungin belum Malaikat Raqib-nya?”

Sadika mengernyit, lalu berbalik untuk melihat objek pandangan Senja. Cowok itu tersentak, tapi dengan segera menguasai raut wajah sembari melihat ke kanan-kiri. Tatapannya kini tertuju pada gadis bertubuh pendek yang berdiri sekitar satu setengah meter di depannya. Salisa Eviera Ambyatma. Dia tidak sendiri, ada seorang gadis berambut panjang di sebelahnya.

“Kak Senja, gue nggak paham maksudnya gimana,” dengan raut wajah bingung, Salisa mendekat ke arah Senja.

Senja terdiam sejenak, menatap Salisa lekat. “Gue udah bilang sama lo, ada yang salah sama permintaan maaf lo. Karena lo kayaknya nggak bakal sadar, makanya gue nyuruh lo tanya ke–”

“Dimana-mana juga nggak ada manusia yang bisa ngobrol sama Malaikat Raqib! Lo yang logis dikit dong Kak!” si gadis di sebelah Senja berseru kesal.

Senja tersenyum. “Menurut lo emang nggak logis. Tapi temen lo ngerti kok. Seratus persen valid.” Si gadis yang tatap Senja langsung mengernyit, lantas menoleh pada temannya.

“Gue nggak ngerti, Kak. Tolong jelasin.”

Raut wajah Senja berubah datar, “Kemarin kan gue bilang, urutan minta maaf lo salah. Dan lo pura-pura lupa, jadi gue nyuruh lo tanya ke Malaikat Raqib. Karena itu lo, pasti gampang dong ketemu sama Malaikat Raqib. Lo kan udah jadi tamu VVIP-nya,” tatapan kedua mata Senja sungguh menyimpan banyak makna.

“Kak, please stop ganggu te–”

“Sebenernya gue lebih suka baca buku yang kalo cover-nya brengsek, isinya juga brengsek, daripada baca buku yang cover-nya bunga melati, tapi isinya bunga bangkai.” Kedua mata Sadika melebar, terkejut luar biasa. Bahkan cowok itu sampai menoleh, menatap Senja lamat-lamat. “Tapi kali ini, gue kasih lo pengecualian.” Senja tersenyum kecil. “Khusus buat lo.” Sadika menatap Senja lebih lamat. “Gue pastiin, Tuhan bakal ngebuat lo merasa bersalah seumur hidup. Merasa bersalah sampe lo mau nafas aja susah.”

Lee Sadika Nataka tertegun.

⛅⛅

“Kupersembahkan spesial untukmu, Wahai Aruna.”

Kala meliriknya, tas jinjing putih berukuran sedang yang diulurkan agak tinggi oleh Senja. Dari berhadapan dengan pembatas rooftop, cowok itu beralih menghadap Senja, tersenyum manis hingga Senja merasa kewaspadaannya bangkit secara mendadak.

“Terimakasih, Wahai Dayangku,” ucap Kala dengan sepenuh hati.

Raut wajah Senja langsung masam. “Udah gue duga.”

Kala mengambil pemberian Senja, “Apaan nih?”

Senja menghadap pembatas rooftop, lalu tanpa beban berkata, “Bentuk cinta.”

Gerakan Kala menarik resleting langsung berhenti. Usai terdiam selama sepersekian detik, cowok itu menatap Senja yang dengan santai menikmati pemandangan gedung-gedung tinggi dan langit biru di atasnya. Helaian rambut pendek gadis itu berterbangan karena angin yang cukup kencang. Sementara kedua matanya agak menyipit karena sinar matahari yang menyilaukan. Sinar matahari itu pula yang mempertegas warna rambut sang Senja di mata sang Kala. Rambut cokelat tua yang entah kenapa kali ini tampak mempesona.

Our TwilightUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum