33. Eksistensi Rasa

13 5 0
                                    

Rizky Febian - Berona

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

____________________________________________

“Senja!”

“Yah, kelar deh drakor live-nya.”

Begitu tangan mereka saling mendorong dengan kaget, masing-masing bergerak menjauh secara naluri, mengabaikan degup jantung dua kali lipat yang seharusnya dipertanyakan eksistensinya. “Sialan. Ini nggak boleh terjadi,” batin Senja khawatir. Gadis itu meremas lengan yang terbalut jaket jeans hitam dengan cemas seolah kedinginan. Kemudian seolah tak terjadi apa-apa, dia segera tersenyum manis, menyambut kedatangan si penyapa.

“Gue pulang.” Tanpa perlu jawaban, Seloka melangkah menuju motornya, tak repot-repot peduli pada Sadika yang berteriak kesetanan memanggilnya.

Senja merangkul Dewi dan Gissa seolah mencekiknya, “Bagus. Telat lo berdua. Gue udah mau pulang kalian baru nyampe,” protesnya karena kedua temannya itu datang tak sesuai janji.

“Maaf ya. Salahin mobilnya! Pake mogok segala kayak nggak dikasih makan!” balas Gissa yang merasa sangat kesal pada mobilnya sendiri. Melihat wajah cemberutnya, Senja terkekeh.

I'm sorry, Senja,” sahut Dewi lebih tenang. “Padahal kita berangkat bareng supaya bisa tepat waktu bareng. Tapi, justru telat bareng,” gadis itu terlihat amat menyesal.

Senja tersenyum. “Sebenernya nggak papa sih. Masih ada lain waktu juga. Cuman sayang aja. Kayak yang gue bilang tadi siang, gue nggak bisa bareng kalian setelah manggung. Gue ada janji.”

Good night, Ladys,” Sadika menyapa dengan senyum lebarnya.

Sementara Gissa memelototi Sadika dengan kesal, Dewi menjawab santai, “Night too.

Sadika tersenyum. “Besok, diharapkan lebih kalem, Nona Gissa.”

Gissa balas tersenyum, penuh makna. “Kalo lo kelem, gue kalem.”

“Nona Gissa mau kita jadi Kala Senja versi dua?”

“Jangan bawa-bawa gue!” Kala dan Senja kompak menyahut, memberikan tatapan tajam, baik itu pada Kala maupun kepada satu sama lain. Padahal sedari tadi, keduanya enggan saling menatap demi menghindari kecanggungan. Tapi kini justru menatap tajam dengan amat dalam.

Dewi sempat melongo, meski kemudian tersenyum. “Jangan buat gue bikin petisi buat tim sukses kalian.” Melirik gadis itu dan Senja secara bergantian, Gissa tersenyum penuh makna.

Our TwilightTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon