35. Panca Indera

15 5 0
                                    

[NCT LAB] Jaehyun - Horizon

Yang mau request silahkan...

JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN!

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

HAPPY READING!

____________________________________________

Sedari awal, kalau bukan karena tugas yang dijalankannya secara terpaksa, Seloka enggan berada di sini.  Lagi pula tidak ada yang menarik menurutnya. Namun untuk seseorang yang hanya mengikuti orang lain bagai penguntit, apalagi dengan terpaksa, cowok datar itu teramat sabar. Terlebih hanya berdiam diri bagi patung hidup.

Seloka tengah bersandar di dekat pintu masuk lapangan olahraga indoor SMA Segitiga. Meski berjarak cukup jauh dari baris ke-lima tribun yang ditempati sang sepupu, namun raut wajah keterpakuan Kala menatap Senja amat jelas di matanya. Teralihkan, cowok berwajah datar itu menoleh ke arah lapangan, lalu menatap sisi tribun yang lain, sampai akhirnya menatap layar score. Sorak sorai mengiringi pertambahan poin milik Dewa, hampir menyusul Fajar.

Menatap Kala sekali lagi, akhirnya Seloka merogoh saku jas almamater hitamnya. Beranjak keluar dari gedung, cowok itu menempelkan ponsel ke telinga. “Sepertinya rencana harus diubah lagi. Bahkan planning b, c, dan d. Kalian salah prediksi.”

⛅⛅

Bagi seluruh penghuni SMA Segitiga, mulai dari siswa-siswi hingga rakyat semut sekalipun, minggu ini benar-benar penuh dengan hal yang mengagumkan. Mengagumkan hebohnya. Pertama, di pagi hari yang bercuaca dingin, muncul skandal antara Senja dan Sekala. Seperti skandal kencan idol, kata cewek-cewek SMAGI. Kedua, keesokannya di pagi hari yang cerah, ada pernyataan mengenai pelaku sebenarnya percobaan pembunuhan Nathan. Drakor versi real, kata anak-anak SMAGI.

Kali ini untuk yang ketiga, siswa-siswi memang heboh. Tapi mereka bukan yang paling heboh. Ada para guru SMAGI di posisi pertama untuk predikat paling heboh. Bahkan jika ada orang di luar sekolah yang tahu, mereka akan lebih heboh lagi hingga membuatnya viral di media sosial.

Hariz dan Remond berdiri bak orang gabut di depan toilet cowok. Jika Hariz sedang bersedekap, maka Remond sedang bersandar dengan kedua tangan di dalam saku celana hitam polosnya. Hariz menghela nafas, kemudian meringis kecil. “Kok bisa gitu ya?” tanyanya dengan tatapan bingung, khawatir, sekaligus takjub.

Remond ikut menghela nafas, melirik pintu yang tertutup rapat di sebelahnya. Lebih tepatnya berada di antaranya dan juga Hariz. “Dia pasti kesel banget,” ucapnya khawatir.

Haris menoleh, berbicara pelan, “Bukan kesel lagi. Dia pasti ngamuk. Bisa jadi jelek nih sekolah karena amukan dia.”

Remond menoleh, tersenyum penuh makna. “Bukannya muka lo yang jelek?” tanyanya kelewat santai.

Hariz mencebik. “Julid amat lo.” Remond tak menanggapi. “Tapi, gue lebih julid sih.”

Remond menoleh, tersenyum lagi. “Tumben lo tau diri.”

“Sialan,” umpat Hariz pelan, entah kenapa merasa tertohok. “Padahal selama ini, cuman Tuhan yang tau kalo gue nggak tau diri,” ucapnya dramatis. Cowok itu membelokkan tubuh, memegang kedua bahu Remond dan mengguncangnya, “Lo tau dari mana??” tanyanya seperti orang tidak waras.

Our TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang