19

478 46 0
                                    

Harry's POV

Ini hari ulang tahun Sam. Aku sangat ingin memberinya ucapan. Tapi melihat keadaan kami sekarang, rasanya ia tidak mungkin mau menerimanya. Aku sedang menatap ke dinding kaca yang mengarah ke kota, cahaya matahari menggelitik kulit wajahku.

"Harry, aku sudah menemukannya."

Seorang staff membuyarkan pikiranku akan ulang tahun Sam, "Maaf?"

"Aku sudah menemukannya," ulangnya.

"Menemukan...?"

"Orang yang kau cari - cari."

"Oh sial," Setelah aku mengerti apa yang ia maksud, aku segera berdiri dan menghampirinya. Melewati layar komputernya, ia menunjukkan sebuah web dengan gambar seseorang beserta data dirinya. Aku bersumpah, aku mengenal orang ini.

"Kau yakin?" tanyaku.

Ia mengangguk mantap, "Kami benar - benar mencarinya, Harry. Rebecca menyamar untuk menyusup ke kantornya dan mencari tahu."

Setitik kemarahan pun lama kelamaan membesar di kerongkonganku. "Sial!"

Sam's POV

"Happy birthday to you... happy birthday to you... happy birthday happy birthday... happy birthday to you! Happy birthday Samantha!"

Nyanyian orang - orang ini dan tiupan terompet yang memekakkan telinga membuatku terbangun. Dan tebak siapa yang kutemukan disana? "Mum? Dad?" mereka berdua ada disini! "Kalian di London? Sejak kapan?" aku menangis di lekukan bahu Dad. Di belakang mereka dapat kutemukan Foster dan Cole. Foster memakai topi kertas memegang terompet kecil, dan Cole membawa kue. Kue itu berbentuk tabung, berwarna putih dengan hiasan hitam. Di sisi tabungnya terdapat pola seperti tuts piano. Di atasnya terdapat lilin berbentuk angka 20 dan warnanya juga hitam dan putih! Favoritku.

"Selamat ulang tahun, Sam!" seru mereka semua kompak.

"Let's make a wish," Cole mendekat agar aku bisa meniup lilinnya. Saat aku bisa melihat permukaannya, aku bisa melihat siluet dari empat orang yang sedang berjalan, di bawahnya terdapat garis - garis hitam dan putih yang kuketahui adalah zebra cross. The Beatles! Ya Tuhan. Aku pun mulai memejamkan mata dan berdoa. Aku ingin, di usiaku yang ke dua puluh ini, menjadi aku yang lebih baik, menjadi aku yang baru. Aku ingin bahagia, aku ingin semua orang bahagia. Dan aku pun meniup kedua lilin itu. Kemudian Foster mendorong pipa yang dipengangnya hingga terdengar letusan kecil dan potongan kertas kecil warna - warni berjatuhan di rambutku dan mengubah kasurku menjadi bersinar warna - warni. Tepuk tangan kecil mereka dapat mengisi kekosongan ruangan ini. Mum dan Dad mencium kedua pipiku bergantian. Lalu aku memeluk Foster dan mengecup pipinya. Lalu Cole, aku memeluknya dan memberinya quick kiss.

"Potong kue, Sam," Foster mengedip sambil membawa pisau kue yang terbuat dari plastik dengan pita hitam dan putih melilit indah di pegangannya.

"Kalau aku bisa menikah dengan kue, aku akan menikahinya," kataku sambil menatap kue itu. Dan mereka semua tertawa. Aku membagi kue itu menjadi delapan bagian. Potongan pertama kuberikan pada Mum.

"Terimakasih, sayang," Mum menerima potongan kue itu sambil mencium keningku.

Potongan kedua untuk Dad. Potongan ketiga untuk Foster. Dan potongan ke empat untuk Cole.

"Sebenarnya aku ingin memberi potongan kelima ini untuk Bibi Frey," kataku. Aku merindukannya, dan setitik air telah terkumpul di ujung mataku.

"Aku yakin ia pasti akan menelponmu nanti. Ini masih pukul lima pagi, ia pasti masih tidur," kata Dad meyakinkanku bahwa adiknya itu tidak mungkin lupa. "Sekarang, ayo bangun."

The Sign // H. S. [deleted soon]Where stories live. Discover now