6

806 68 4
                                    

"Kau payah, Liam!" teriak Harry saat melihat Liam hanya menjatuhkan satu pin dengan bolanya. Sedangkan Louis, semua pin di sana tumbang tanpa sisa. Sekarang ini kami sedang bermain bowling di kawasan pusat kota London. Tempat ini memang khusus untuk bermain bowling, jadi bukan tempat terbuka seperti arena bowling di pusat perbelanjaan yang memungkinkan untuk dilihat semua orang. Di sini lebih private.

"I won!" teriak Louis Sambil mengangkat kedua tangannya. Kemudian ia ber-bro-fist ria dengan Harry. "Team Larry!" tambahnya. Niall terkekeh. Ia hanya melihat ke empat rekannya dari meja di sini bersamaku. Karena apa? Karena ia sedang sibuk makan croissant. Ia sudah menggigit croissant nya yang kedua.

"You're lucky," kataku padanya.

"Hm?"

"Kau beruntung mempunyai mereka." Kataku sambil tersenyum memandang mereka dari kejauhan.

Ia mengunyah croissant nya dan menelan sebelum akhirnya menjawab. "Ya, mereka sudah seperti saudara laki - lakiku sendiri." Jawab Niall Sambil menyesap frappucino di tangannya.

"Seperti perjanjian awal, kau traktir kami makan." Ujar Harry kepada Liam di sela - sela tawanya. Mereka sudah berjalan mendekat ke arah kami.

"You're right, Harry." Zayn juga tertawa keras.

"Zayn! You're supposed to be on my side! You're my team!" Liam menjambak rambut Zayn dengan gemas. Tapi Zayn tetap saja tertawa.

"Promise is promise, Li." Jawabnya sambil menyilangkan dua jarinya-peace sign.

Aku dan Niall ikut tertawa. Well, semenjak pertemuanku dengan the boys-begitulah orang - orang terdekat mereka menyebutnya-ini adalah ke sekian kalinya aku hang out dengan mereka. Mungkin seminggu bisa sampai tiga kali. Mereka sedang break. Dan selama itu pula, Foster tidak tahu.

Apa?

Kau akan bilang aku jahat? Atau hebat? Silakan! Tapi apa lagi yang bisa kulakukan? Aku tahu dia kakakku, tapi aku juga sudah dewasa, aku sudah sembilan belas tahun. Dan usia sembilan belas tahun bukanlah usia dimana manusia harus diatur - atur berteman dengan siapa dan pergi kemana, bukan? Bahkan dad tidak pernah melarangku seperti itu. Dan sampai sekarang pun aku masih tidak tahu alasan kenapa Foster tidak menyukai mereka dan mengapa aku harus menghindari mereka. Aku juga tidak pernah bertanya lagi, karena kalau aku mendesaknya mungkin ia akan marah padaku. Bisa saja ia mengusirku. Aku menumpang di apartmentnya, bukan? Yah, satu - satunya cara adalah mencari tahu sendiri. Ah iya, satu lagi. Saat aku sedang bersama the boys, aku jarang berbicara dengan Harry. Aku justru lebih dekat dengan Niall atau Zayn. Tapi aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Aku masih punya Eleanor, ya dia sangat dekat denganku sekarang. Sayang sekali ia tidak ikut bersama kami hari ini. Ia sedang di Manchester.

"Fine! Ayo makan," kata Liam penuh kepasrahan. Haha, poor you Li.

Kami berenam pun bangkit dan mereka berlima berusaha menutupi identitas mereka. Dengan kacamata hitam, beanie, jaket, masker atau apapun yang bisa menyamarkan mereka. Kami pamit dengan Moris, salah satu karyawan di tempat bowling ini.

Aku berasa menjadi anggota One Direction tambahan.

Setelah kami aman di dalam mobil Harry, mereka melepas semua penyamaran dan menuju McDonalds. Kami hanya memesan melalui drive-thru.

"Welcome to McD, please-Louis! Are you Louis Tomlinson of 1D?" Petugas itu mendadak histeris melihat Louis yang kebetulan sedang mengemudi. "Oh My God."

"Sssshh. Yes, I am." Louis tersenyum. Kemudian petugas tersebut mencatat pesanan kami dengan senyum mengembang di wajahnya. Sepertinya gadis itu hampir menangis. Mungkin kalau aku berada di posisinya aku akan melakukan hal yang sama. Tak lupa, gadis itu juga minta tanda tangan.

The Sign // H. S. [deleted soon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang