17

599 46 8
                                    

Hai fellas, it's me again!

You know what makes me happy? That's right baby, The Sign's finally got a new cover! YEAAAYYY Massive thanks to @callmenow for this pretty cover! Mwah! I dedicate this chapter to you xx

Here you go, chapter 17 ;)

———————————————————————————————————-

Hanson duduk di ruang tamu bersama Foster, ia tengah membersihkan jarum suntik dan menekankan kapas basah ke lengan Foster. Kakakku sudah lebih baik sekarang. Aku sedikit lega, karena Foster sedikit - demi sedikit pulih, dan entah apa yang terjadi padanya hingga ia sekarang sudah tak pernah mengungkit - ungkit kesalahanku lagi.

Dan hal kedua yang membuatku lega adalah kejadian itu. Setelah seminggu semenjak kejadian di basement, di dalam Range Rover hitam itu, Harry tidak pernah menghubungiku lagi. Anggota One Direction yang lain juga tidak, bahkan Eleanor sekalipun. Memang, ia masih sering mencoba menghubungiku beberapa hari pertama, menanyakan kabarku, atau sekedar ingin tahu apakah aku baik - baik saja. Namun aku tidak pernah membalasnya. Pesan singkat terakhir yang kuterima dari Eleanor berbunyi "We miss you x". Persahabatanku dengan Harry telah kuanggap selesai. Dan kuharap, semua kekacauan ini segera berakhir.

"Kau menunjukkan progres yang bagus, tapi aku masih harus sering mengunjungimu untuk memberi treatment. Dan obat - obatan ini, kau sudah mengerti aturannya, bukan? Kalau kau merasa sudah sehat, kau masih harus meminum obat ini. Lakukanlah hingga obatnya habis. Karena imunmu masih lemah, dan obat ini berfungsi untuk menjaganya tetap kuat." Foster mengangguk setelah mendengarkan nasehat Hanson. "Dan Sam," aku mengangkat kedua alisku, "tetap awasi kakakmu, jangan sampai ia lupa meminum obatnya. Jangan biarkan ia kelelahan."

Aku mengangguk, dan Foster menarik kedua bibirnya ke dalam sambil melihat lantai.

"Terima kasih banyak, Hanson," kataku.

"Rileks, Sam," ia tersenyum sembari memasukkan barang - barangnya ke dalam tas. "Aku akan kembali ke rumah sakit. Kalau kau butuh pertolongan, kau tahu apa yang harus kau lakukan."

"Menghubungimu," jawabku.

"Gadis pintar," Ia menepuk pundakku. "Jaga diri kalian masing - masing," kata Hanson sebelum menutup pintu kami.

Keheningan tiba - tiba menyelimuti kami sesaat setelah Hanson pergi. Kami berdua sama - sama menatap layar televisi yang menampilkan orang - orang berpakaian kebesaran dengan helm berpelindung besi yang berebut bola aneh berbentuk lonjong itu. Aku menatap jari - jariku dan menggigit bibir bawahku hingga suara orang berdeham menyadarkanku. Aku mendongakkan kepalaku dan menoleh ke arah Foster.

"Aku... minta maaf,"

Aku menjilat bibirku sembari bernafas panjang. "Foster..."

"Aku serius, maaf, aku telah keterlaluan-kurasa,"

Aku menggeleng, "Seharusnya aku yang meminta maaf, Foster. Kalau aku tidak melakukan... yah, pokoknya ini semua karena aku."

Ia menarik nafas panjang sama seperti ku. "Tidak, maksudku begini, aku sangat minta maaf atas perlakuanku dan kata - kata kasar itu, kau boleh membenciku. Aku pantas mendapatkannya. Dengar, Sam. Aku tidak ingin bertengkar denganmu lagi, dan kau... um.. aku... pokoknya aku minta maaf, ok?"

Aku tidak berkata apa - apa.

"Sam," ia meletakkan bantal yang sedari tadi berada di pangkuannya ke sisinya dan mendekat ke arahku. Ia menyandarkan punggungnya ke sofa dan memiringkan kepalanya untuk melihatku, "Aku tahu kau sedang mengalami masa sulit. Aku tahu kau lelah dengan masalah ini. Berita - berita itu, dan... mungkin... hubunganmu dengan... kau tahu,"

The Sign // H. S. [deleted soon]Where stories live. Discover now