10

645 64 7
                                    

A/N. Hey guys, lama banget sudah bikin cerita ini terlantar -_-

dedicated to @P0ppyMoore karena udah bikinin aku one shot yang kece bin nyesek abis u.u

——————————————————————————————————————————————————————————-

"Sam?! Apa yang kau—"

"Zayn, aku ikut dengan kalian." Kataku dengan yakin.

"Ap—"

"Please," aku menangis lagi. "Take me with you guys."

"Ya Tuhan Sam..." ia mengerjap. "masuklah," Zayn menuntunku masuk lalu menutup pintu di belakangnya.

Aku duduk di ruang tengah rumah Zayn bersama Liam dan Niall, sedangkan Louis dan Harry belum tiba, mereka harus menjemput Eleanor terlebih dahulu. Aku menunduk menatap sepatuku. Aku yakin mataku sudah bengkak sekarang. "Minumlah cokelatmu Sam, selagi masih panas." Kata Niall sambil mendorong secangkir cokelat panas mendekat ke arahku.

Aku mengangguk. "Thanks, Niall." Aku meminumnya pelan – pelan.

"Sam?!" Aku langsung menoleh ke sumber suara. Mata hijaunya membesar begitu melihatku. "Ya Tuhan, Sam," ia menjatuhkan koper besarnya ke lantai dan berlari mengampiriku.

"Harry..." Aku langsung memeluknya begitu ia duduk di sampingku. Oh tidak, aku menangis lagi. Padahal tadi air mataku sudah sempat berhenti keluar. "Aku ikut, please.." aku terisak dalam dekapannya.

"Sssh.. jangan menangis." Ia menepuk punggungku. "Apa yang terjadi?" Ia bertanya.

"Aku tidak mau menceritakannya sekarang." Aku berkata sangat pelan. "Aku tidak mau."

"It's okay Sam. Sssh," ia mendesis sambil mengelus punggungku, sesekali menepuknya. Ia selalu melakukan itu dari dulu untuk membuatku berhenti menangis. Seperti mendiamkan bayi.

"Sam.. ya ampun. Kau kenapa?" Eleanor juga melakukan hal yang sama. Ia mendekap bahuku.

"Lads, sudah jam tiga, kita harus ke basecamp sekarang." Suara Liam memecah ruangan. "You okay Sam? Kita akan berangkat sekarang." Aku mengangguk.

"Kau yakin?" Harry bertanya padaku.

"Aku yakin Harry, apa kalian keberatan?" tanyaku sedikit ragu.

"Tidak, Sam. Sama sekali tidak," itu suara Louis. Ia tersenyum sembari merangkulku. "Ayo kita berangkat."

***

Now here I am.

Aku duduk menghadap jendela, melihat pemandangan. Lampu – lampu di bawah sana terlihat berkelap kelip. Entah kota apa di yang berada tepat di bawah kami sekarang tapi apa yang kulihat sangat indah. Kami sudah sekitar satu jam berada di atas ketinggian. Masih sangat pagi, aku duduk di sebelah Eleanor yang terlelap. Aku sama sekali tidak mengantuk, kau tahu sendiri aku telah tertidur hampir sembilan jam sebelum insiden tengah malam tadi. Aku menerawang jauh memandang keluar dan bertemu dengan langit menjelang pagi yang terlihat sangat luas, lurus dan gelap dari sini.

Pikiranku tak bisa lepas dari Foster. Sebenarnya ada rasa bersalah karena memutuskan untuk melarikan diri, tapi diriku yang lain berkata aku melakukan hal yang benar. Ia sudah keterlaluan. Mataku sudah terasa panas lagi. Tapi secepat mungkin aku menggeleng dan menghapus air mata yang hampir terjatuh dari sudut mataku. Lupakan, Sam.

Sekarang seharusnya aku senang. Karena aku bisa bertemu Harry lagi, bersamanya seperti dulu lagi. Malah ia memperkenalkanku pada teman – temannya yang telah menganggapku seperti keluarga mereka sendiri. Sebelum berangkat tadi, aku sudah bertemu yang lain—maksudku para kru termasuk vocal coach mereka, penata rambut, koreografer, tour manager, security, dan banyak lagi. Ini belum termasuk yang akan kami temui di Australia nanti.

The Sign // H. S. [deleted soon]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant