8

761 67 3
                                    

Pic: Coltrane Sullivan

Aku menggeser kartu kunci apartment Foster dan mengintip sedikit dengan gugup sebelum memasukinya. Aman. Aku melangkahkan kakiku masuk dan menghela nafas lega. Nampaknya Foster masih sibuk dengan pekerjaannya. Pintu ruang kerjanya masih tertutup rapat. Aku melangkahkan kakiku menuju jendela, berdiri menghadap pemandangan kota London yang indah. Ya, jendela adalah tempat yang tepat untuk situasi apapun. Namun sayangnya keindahan London kali ini tak cukup menghiburku. Aku memejamkan mataku sejenak. Aku tidak boleh terlihat seperti orang yang baru saja menangis. Aku menggeleng. Aku harus terlihat kuat. Ini berat, tapi aku tidak bisa menyalahkan Harry. Ini semua karena kebodohanku sendiri yang tidak pernah berpikir bahwa bepergian bersamanya tidak sebebas dahulu.

Aku mengeluarkan handphone ku dari saku dan mencoba mencari tahu sebesar apa berita tentang Harry di media. Aku mulai mengetik keywords. Namun sial, hanya dengan mengetikkan namanya saja, berita itu muncul di hasil pencarian teratas. Oh, dua berita di bawahnya juga berisi berita yang sama. Hatiku bagai dihujam palu besar. Berita ini sudah terlanjur menyebar luas. Ku-klik salah satu link untuk melihat berita menghebohkan ini. Isinya kurang lebih Sama seperti di surat kabar yang kurobek tadi. Mataku tertuju pada link di bawahnya. Source: The Sun. Klick to read more.

Astaga ternyata sumbernya memang dari surat kabar itu. Setelah kubuka link nya, berita yang terpampang di sana lebih banyak. Tapi aku tidak mau membacanya, itu akan membuatku sakit hati dan menangis lagi. Aku men-scroll ke bawah untuk men-skip berita tersebut. Oh tidak, ternyata yang kutemukan malah membuat hatiku lebih sakit dua kali lipat. Di sana terpampang lebih banyak fotoku dengan Harry. Jika di surat kabar hanya dua, disini malah ada sekitar sepuluh foto. Dan semua fotonya jelas. Wajahku bertebaran di mana - mana sekarang. Di sana dimuat foto ketika Harry turun dari mobilnya, juga saat kami telah berada di dalam restaurant, saat Harry berlutut untuk membersihkan lukaku, saat kami makan bersama, saat kami tertawa, dan saat Harry menepuk puncak kepalaku. Semua terlihat sangat jelas, paparazzi yang mendapatkan foto ini benar - benar profesional. Ada juga satu gambar screen-shot dari instagram Louis yang memuat fotoku bersama the boys dan juga Josh di Sushi Hiroba waktu itu. 'louist91: Chilling with my men, and this lovely girl caled Sam!' tulis Louis pada caption foto itu-oh tidak! Louis menulis namaku! Aku ingin pingsan sekarang juga, tapi tidak bisa.

Klek. Pintu ruang kerja Foster terbuka. Aku menoleh ke arahnya. "Maaf aku lupa tidak membuatkanmu minuman." Terlihat Foster keluar ruangan diikuti Cole.

"Haha, itu pelanggaran, man." Jawab Cole.

"Wait a minute. I'll grab some drink." Lalu Foster berjalan ke arah dapur. Mata kami sempat bertemu, namun secepat kilat ia mengalihkan pandangannya kembali-Ia masih marah. Aku kembali menghadap jendela, menghadap hiruk pikuk kesibukan London di bawah sana. Aku menghembuskan nafas panjang sebelum kembali fokus pada handphone ku. Aku men-scroll halaman web tersebut dan menemukan kotak komentar. Saat ini sakit hatiku bertambah lima kali lipat.

iHeartLarry: "Eew, whos that girl, she's not pretty"

Harryscurlz: "Harry deserves better"

Nicole_1D: "she's more beautiful than Taylor"

BiancaTommo: "nooo :("

1Dphilipines: "Shes cute, lucky girl x"

Liamsfork: 'Harry is mine. Forever!'

Dan masih banyak lagi komentar yang tidak sanggup kubaca. Aku mengelus dada melihat komentar - komentar mereka. Pros and cons. Andai mereka tahu dari dulu kalau aku sahabatnya, mungkin keadaannya tidak akan seperti ini. Bahkan mereka mungkin akan mencari perhatianku seperti halnya mereka mencari perhatian pada Gemma. Aku keluar dari mesin pencarian dan meletakkan handphone ku di meja kecil di dekatku. Aku kembali memandang langit London yang bersih tanpa awan. Berharap agar aku bisa melupakan masalah ini sejenak.

The Sign // H. S. [deleted soon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang