29

360 32 0
                                    

"Sam?"

"Ugh, tidak sekarang."

"Sam, bangun."

"Lima menit."

"Sam, ini aku."

"Hm?" aku mengusap wajahku sambil menguap. Pemandangan terlihat aneh, maksudku, aku berada dalam kamar yang sangat kukenali. Kamar bercat putih, di dindingnya banyak terdapat foto yang menggantung di bingkai – bingkai berwarna hitam, dan masih ada lemari coklat yang sama di sudut ruangan.... ini kamarku.

Maksudku, ini benar – benar kamarku!

Di rumah Bibi Frey!

Di Holmes Chapel!

"Oh my God, Frey!" aku langsung memeluknya, "Oh, the baby, I'm sorry," kataku sambil mengusap perutnya.

"Tidak apa," wanita itu tersenyum melihat mataku terbuka, "welcome home."

"Kapan aku datang? Bagaimana aku bisa berada disini?"

"Kau datang tadi pagi pukul sembilan, dan aku cukup kaget. Kau pasti cukup kelelahan karena kau tidak mau bangun saat kau sampai disini."

"Jam berapa ini?"

"Jam dua siang," katanya, "kalau kau lapar aku punya beberapa makanan di dapur. Ambil saja kapanpun kau mau."

"Dimana Harry?" tanyaku.

Bibi Frey menunjuk ke arah samping tempat tidurku. "Whoa, okay... Um..."

"Aku tadi berniat membereskan kamar Foster untuknya, tapi nampaknya ia sudah nyaman tidur disini," ia tertawa kecil, "jangan bangunkan dia. Ia pasti sangat lelah, menyetir jauh, kau tahu."

Aku mengangguk, "Aku sangat senang melihatmu lagi."

"Aku juga, Sam," Bibi Frey berkata, "Aku merindukanmu."

Kami berdua tertawa.

"Ok, jadi... susu, biskuit, roti, semuanya ada di dapur. Kalau kau mau mac and cheese, ada di freezer. Tinggal dipanaskan. Got it?"

"Got it," balasku. Lalu Bibi Frey—ia tidak suka dipanggil 'bibi'—pergi meninggalkan ruangan dengan perutnya yang sangat besar. Sampai – sampai aku takut melihatnya. "Harry," bisikku. Ia tidak bergerak, dadanya naik turun seiring dengan irama nafasnya yang teratur, "Harry," kali ini aku mengguncang lengannya sedikit, tapi ia tetap tidak bergerak. Sepertinya ia benar – benar kelelahan. Aku memutuskan untuk ke dapur dan mengisi perutku yang mulai berbunyi. Setelah mengambil segelas susu, dua biskuit, dan sepotong roti, aku bergabung dengan Bibi Frey di ruang televisi.

"Jadi kau masih belum tahu apakah ia laki – laki atau perempuan?"

Ia menggeleng.

"Bagus, aku juga penasaran," kataku sambil mengunyah biskuit. Kami belum lama menonton televisi ketika seorang wanita yang tak asing lagi memasuki ruang tengah kami, nampaknya ia masuk dari pintu belakang.

"Samantha?" ia berkata, "Ya Tuhan, lihatlah dirimu! Pipimu dulu sangat gemuk dan sekarang kau... model Victoria Secrets? Lihatlah kaki jenjang itu!"

Ia adalah Ruth Hewitt-Henderson, seorang tetangga, tinggal di belakang rumah kami dengan suami dan lima anak laki – laki. Ia memang begitu sejak dulu, selalu heboh, dan ia kadang berlebihan. Tapi Ruth orang yang baik, dulu ia sering membuat banyak sekali biskuit untuk anak – anaknya dan memberikan kelebihannya padaku dan Foster. Sekarang rambut gelapnya sudah mulai berubah keabu – abuan, menandakan bahwa aku sudah sangat lama tidak berada disini. "Hi, Ruth," ia mencium kedua pipiku.

The Sign // H. S. [deleted soon]Where stories live. Discover now