14

495 53 4
                                    

Foster's POV

God!

Sam, where on earth are you now?!

Aku memukul stir karena khawatir, gelisah, marah, dan kecewa, menjadi satu. Aku sudah mencarinya seharian keseluruh sudut kota. Aku juga sudah minta bantuan Cole untuk mencari Sam. Mungkin kalau kami berpencar kami bisa menemukannya lebih cepat. Namun pencarian kami tak membuahkan hasil. Setiap kali aku bertanya pada Cole, ia selalu menjawab 'belum'. Sebenarnya apa yang tengah ia lakukan sekarang? Ini London! London jauh berbeda dengan Holmes Chapel. London adalah kota besar, jangan tertipu dengan arsitektur bangunannya yang indah dan jalanannya yang rapi dan bersih. Karena di seluk beluk kota yang tidak banyak orang ketahui, London menyimpan sisi lain yang liar, terlebih di malam hari. Bagaimana kalau sesuatu terjadi padanya? Ia tidak akan bisa pulang sendiri, seharusnya aku mengajaknya berkeliling London setelah ia datang, Seharusnya aku bisa memperkenalkan London pada Sam. Sekarang ini ia pasti kebingungan, ia butuh seorang pemandu, atau setidaknya peta! Ya Tuhan, kenapa harus Sam yang harus mengalami kelainan semacam itu? Menyusahkan.

Di supermarket saja ia tersesat.

Sementara hari semakin malam, aku semakin lelah. Aku tidak makan sama sekali. Oh, aku bahkan lupa apa itu makan. Aku memutuskan untuk menghentikan mobilku untuk membeli Subway.

Jam setengah dua belas malam. Dan aku belum menemukan Sam. Dengan perasaan tak menentu, aku memutuskan untuk pulang. Aku menyalakan mesin mobil dan mulai menyetir. Lokasiku sekarang menuju apartment lumayan jauh.

Aku lelah, aku mengantuk. Apa sebaiknya aku berhenti di suatu tempat dulu untuk tidur? Tapi... ah, mungkin lima belas menit lagi aku bisa sampai ke rumah. Aku menguap berkali - kali, sampai tiba - tiba seorang pria yang sedang menyebrang jalan mengejutkanku. Shit!

Aku refleks membanting stir ke kanan untuk menghindarinya. Namun yang kutahu kemudian mobilku menabrak tiang lampu jalan lalu semuanya gelap.

Bertahanlah, Foster.

Bertahanlah.

Bertahan.

Ugh, aku pusing sekali. Setengah mati aku berusaha untuk membuka mata. Entah apa yang kulihat ini nyata atau tidak, tapi aku melihat cahaya yang terang, tempat yang serba putih, dan yang terpenting dari itu semua, aku melihat Sam.

"Foster?" bisiknya.

***

"Foster?"

Sam. Akhirnya aku menemukannya.

"Foster!" Ia memekik. "Kau bangun, thanks God." Ia memelukku yang masih terbaring lemah.

"Sam?" aku balas memeluknya. Tapi ternyata tubuhku masih sakit untuk digerakkan. Baru kusadari kalau aku sedang berbaring di kamar serba putih, dengan baju berwarna hijau muda polos, beserta infus yang menancap di tanganku dan perban yang melilit di kepalaku. Hh, thanks God, kukira aku mati da bertemu Sam dalam mimpi. Rasanya kepalaku seperti dihantam palu. Bang bang bang.

"You're up, man." Kudengar suara orang lain. Ia menunjukkan deretan giginya kepadaku.

Aku tertawa kecil. "Cole,"

"You'd been sleeping for days. I'd better call the doctor." Ia berkata lalu keluar ruangan. Meninggalkanku dan Sam disini.

"You were right," kata Sam tiba - tiba.

"Apa?"

"Kau benar, Foster." Suaranya bergetar. "Kau benar untuk semuanya." Ia mulai terisak.

Senyumku terbentuk, tanganku bergerak untuk menepuk puncak kepalanya. "Told ya,"

The Sign // H. S. [deleted soon]Where stories live. Discover now