Epilog

25K 1.9K 580
                                    

Haechan memainkan jemarinya seraya mendengarkan kalimat yang terucap dari mulut pria itu. Mata Mark menelusuk dalam memandang maha karya Tuhan yang tampak takut untuk memandang bola mata singanya. Menghela nafas, melanjutkan kalimat terakhir dari penjelasan yang dia utarakan.

"Tidak peduli sekarang kau menganggapku seperti apa, jelasnya aku datang meminta maaf dengan diriku yang lebih baik tentunya menjadi seorang ayah bagi Diana," Mark mengambil tangan ringkih Haechan yang sibuk memainkan jemarinya. Mengelus dengan tulus seolah itu adalah benda rapuh. dia membawa tangan itu, mengecupinya, menutup mata, entah kenapa dia dapat merasakan secaralangsung bagaimana Haechan menjalani hidupnya sebagai seorang pria istimewa.

Haechan terdiam menatap pria di hadapannya. Tangannya dikecup begitu lama, hingga terasa aliran air mata terasa di kulit tangannya.

"Mark..."

"apa aku masih memiliki kesempatannya?"

Haechan menatap dengan bingung, dia tak paham arah pembicaraan pria yang masih setia dalam posisinya.

"Mark-"

"Aku ingin menjadi tempatmu bersandar"

Haechan menatap sendu, "Aku bukan orang yang lemah, aku... bagaimana mungkin aku bersandar pada pria brengsek yang melarikan diri dari pernikahannya sebelum janji suci terucap. Kau..."

Menghentikan kalimatnya, Haechan menatap Mark yang balik menatap Haechan dengan wajah sendu dalam kondisi yang tak pernah Haechan bayangkan seumur hidup. Ingin tertawa miri rasanya jika jadi Haechan. Dia sendiri bingung kenapa Mark menjadi pria bodoh yang bertingkah lembek hanya karena dirinya. Dia bahkan tidak melakukan jampi-jampi dengan bantuan sihir agar Mark tunduk, kelebihan pun tak ada bahkan Haechan adalah seorang laki-laki yang kebetulan dianugerahi kandungan.

"Apa yang kau butuhkan, Haechan?"

Kalimat egois itu, membuat Haechan sadar jika Mark tetaplah Mark-nya.

"Apa yang akan kau berikan? Uang? Tahta? Hidupmu? Hal itu tak aku butuhkan-"

Smirk muncul, "Siapa yang akan menawarkanmu hal itu?" potong pria di hadapannya. Tubuhnya mendekat dengan spontan Haechan mundur tapi tak berlangsung lama karena tangan satunya ditahan oleh pria itu.

"Kau..!"

Wajahnya mendekat, Haechan menutup matanya berharap semua ini hanya mimpi. Tapi hembusan di telinganya membuat laki-laki itu membuka matanya.

"Dibandingkan harta, aku tau apa yang kau butuhkan."

Tangan satu Mark merambat di pinggul langsing Haechan, mencoba menggoda dengan elusan seduktif.

"Aku... aku adalah seseorang yang menjebakmu dalam sentuhanku, rayuan dan perintahku. Maka dari itu, aku akan kembali memberikan semuanya kembali hanya padamu, aku adalah milikmu, kau memiliki aku, Haechan. Aku adalah ayah dari anakmu, pria yang sempat kehilangan masa-masa bayi gadis kecilnya. Aku jugalah yang akan selalu bersamamu hingga Tuhan memanggil hamba-Nya. Haechan, kau membutuhkan bukan? Aku pun sebaliknya, membutuhkanmu. Teramat sangat. Hingga aku ingin mati rasanya tanpamu." Ujar Mark dengan tatapan lekatnya. Bak bagai seorang Alpha yang meyakinkan sang Luna bersamanya, mengikat cinta.

Haechan terdiam menganga, dia tidak bisa berpikir panjang kecuali menganggap jika Mark ini benar-benar gila. Kacau, pikirnya.

Chup!

Tanpa aba-aba, pria itu dengan kurang ajarnya mendaratkan bibirnya pada bibir bervolume candunya. Tetap manis, dan begitu adiktif bagi pria yang lahir pada triwulan ketiga.

Haechan sendiri tanpa persiapan, masih terdiam dalam kagetnya. Tubuhnya lemas, tak bisa ia gerakkan sesaat.

Mark mencoba memperdalam ciumannya dengan lidahnya yang masuk, kancing kemeja atasnya dia buka. Tangan pria Leo tersebut, menjalar mengelus punggung ayah beranak satu di depannya. Sedangkan tangan yang lain tetap menahan Haechan dalam kunkungannya dengan lutut Mark yang sedia menahan mereka agar tetap pada posisi menguntungkan bagi Mark Lee.

Tersadar dari lamunan, mencoba memberontak, Haechan memukul dada Mark. Dia mencoba melepaskan badannya dari kungkungan itu. Mark berada dalam fase pria berkebutuhan saat ini dan seenaknya pria itu menyentuh tubuh Haechan.

Prakk!

Bunyi jatuh hiasan meja terdengar, Mark terhenti sejenak. Ini dimanfaatkan oleh Haechan untuk mendorong jauh pria itu.

"Apa yang terjadi?!" Pekik Chanyeol masuk begitu mendengar kegaduhan.

Dia mendapati dua orang yang tengah dalam posisi tidak-tidak menatap padanya. Chanyeol menatap balik mereka dengan datar.

"Masih ada Diana anak kalian, brengsek." Umpat Chanyeol sambil menutup pintu dan menahan Diana yang penasaran di belakangnya.

"Kakek ada apaaaaa???" Tanya gadis kecil itu. Pria tua itu mencubit hidung mancung cucunya, "Ada orang mesum. Ayo kita main kembali."

Diana hanya membulatkan bibir tipisnya, tidak paham. "Mecum itu apa, kek? Di dalam kan ada papa sama daddy, kenapa malah mecum?!"

Sialan, Chanyeol mengumpat dalam hatinya, tangannya langsung menggendong cucunya itu dan menciumi pipi-pipi gembulnya.

"Kakekkkkk gweliii hahaha~Lepacinnnnn jangan gigitttt Dianaaa!"

Kembali lagi ke sepasang mantan kekasih ini.

Haechan menggenggam kancing bajunya. Dia merasa gugup mengingat sesuatu yang baru saja hampir terjadi.

"Haechan Kim." Panggil suara berat itu, menghadap kepada Haechan yang memunggunginya.

"..." diam, Haechan masih bingung harus bagaimana.

"Aku mencintaimu, ayo menikah."

End

•••

VOTE n COMMENT JUSEYO

[🐻🐯]←(°√°(←|→)°√°)→ [🐻🐯]

[Part II] Let's Being A GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang