Juu Kyu

40.3K 3.7K 562
                                    

Pintu apartemen Haechan terketuk dari luar secara brutal. Pemuda yang tengah mengenakan pakaiannya segera bergegas menuju pintunya.

"Haechanie!" Teriak pemuda Cina yang sukses membuat telinganya berdengung sejenak. Haechan menahan nafas dan menghembuskan kembali, menyingkap rasa emosinya.

"Hargai pendengaranku" katanya yang diabaikan oleh pemuda itu. Lantas dia masuk dan berbaring di sofa single empuk di depan televisi.

Pemuda Kim yang melihatnya cukup bersabar kembali sebelum sebuah kalimat terucap.

"Mama, buatkan aku sarapan. Aku lapar!" Pinta makhluk itu. Baru saja akan angkat bicara, tapi tertunda karena pemuda tadi membalikkan tubuhnya menatap Haechan.

"Hiks Chanie uang bulananku habis hiks padahal bulan ini masih tinggal seminggu" tangisnya.

Pemuda Kim itu angkat tangan. Yangyang dan merengek adalah hal yang tak dapat dia tolak.

"Bagaimana bisa? Kau membeli paket game terbaru lagi?"

Yangyang menggelengkan kepalanya, "Si gila Hendery bangsat sialan itu membuatku miskin!"

Mendengarnya, Haechan kembali bertanya tentang alasan dari kalimat pemuda itu. Tapi yang dia dapatkan hanyalah tangisan yang makin deras dengan Yangyang mulai menggapai Haechan agar dapat dapat memeluk tubuh 'mama' jadi-jadiannya.

"Kau cuti?" Tanya pemuda itu usai menyudahi sesi tangis buayanya.

Haechan mengiyakan, "Kau juga?" Tanyanya setelah bangkit untuk menuju dapur.

Dari balik sopa dia mengangguk, "Iya, hanya hari ini"

"Kenapa?"

"Si sialan manager divisi-ku memberikannya"

Sebelum akan memasukkan nasi, Haechan menatap pemuda yang kakinya berada di atas sopa tersebut.

"Kenapa bisa Tuan Wong memberikan itu?"

Yangyang terdiam karenanya.

"Kau sendiri kenapa bisa mendapat cuti dari Tuan Lee?"

Kali ini Haechan pula-lah yang membeku.

Mereka sama-sama memilih tak menceritakan. Haechan pun melanjutkan kegiatannya yang tertunda begitupula dengan Yangyang menggapai ponsel miliknya dan memasukkan sandi Wi-Fi apartemen Haechan.

Sampai ponsel Haechan yang ada di meja kecil depan sopa berdering. Diambilnya lah dan mendapat nomor tak dikenal menelepon.

"Halo? Siapa ya?"

"Halo, Haechan. Aku senior satu tingkat di atasmu, Ko Eunji. Apa kau masih ingat aku?"

Yangyang mengernyitkan dahi, "Hm maaf aku bukan Haechan. Aku temannya"

Dari seberang telepon tampak yang mendial ber-oh-ria.

"Apa kau bisa memberikan telepon ini padanya?" Pinta si penelepon.

"Dia sedang masak saat ini. Sebentar lagi akan selesai, mau menunggu sebentar?"

"Tentu" balas gadis itu.

Habisnya Yangyang berlari menuju dapur yang terlihat Haechan siap dengan piring sajinya.

"Ada apa?" Tanyanya saat melihat Yangyang.

Pemuda yang ditanyai memberikan ponselnya pada Haechan.
"Ada yang meneleponmu" katanya lalu menyodorkan ponsel Haechan.

Dia pun mengambil ponsel itu dan menukarnya dengan piring saji dengan nasi omelette yang diterima Yangyang dengan senang hati lalu berlari ke meja makan.

[Part II] Let's Being A GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang