Nii Juu

39.1K 3.6K 612
                                    

Tokyo 01:35 AM

Haechan menguap begitu masuk ke kursi sebelah pengemudi. Selama penerbangan dia tak mendapat istirahat baik. Sehabis pulang mengantar laporan ke kampus, sorenya dia bergegas menghadiri rapat dadakan sebelum keberangkatan. Cukup lama hingga jam makan malamnya terpaksa terlewat.

Dia mendalami beberapa poin yang harus dipersiapkan untuk pertemuan dengan pihak konstruksi Jepang. Beda dengan sang bos yang tertidur nyenyak dengan wajah tampannya itu. Tiap kali melihatnya Haechan mendengus karena kesal.

"Kau sudah makan?"

Dalam keheningan pria dengan setelan semi kasual yang berada di belakang supir itu bertanya pada Haechan.

"Menurutmu?!" Haechan mengertakkan giginya. Pria itu seolah tak tau saja jika Haechan hanya mencicipi makanan yang disajikan dalam pesawat dalam penerbangan ke Jepang. Tanpa nasi tentunya.

"Ano sumimasen..?"

Pengemudi yang sedari terdiam angkat bicara.

"Ha'i?"

"Apa saya bisa mulai perjalanannya, tuan? Maksud saya, mungkin anda akan lebih baik istirahat sesegera mungkin."

Mark tersenyum begitu melihat Haechan yang melempar raut kebingungan kepadanya.

"Tentu tapi bisakah kau membawaku ke restoran 24 jam? Kekasihku sedang kelaparan saat ini." balas Mark yang membuat pengemudi supir itu terkekeh kecil.

"Ha'i, wakarimasu." Pengemudi tersebut pun melajukan mobilnya menjauhi bandara.

Haechan menggigit pipi dalamnya bertambah kesal karena Mark yang tak paham kodenya untuk menerjemahkan percakapan tadi.

•••

Pemuda itu mengikuti langkah kaki di depannya.

"Aduh!" Kepalanya menumbur punggung lebar itu.

Seketika pria tersebut berbalik, "Ini kamarku" katanya sambil menunjukkan kartu aksesnya.

Haechan mengerucutkan bibirnya, "Kamarku dimana?"

"Tidak ada."

Dengan lebay Haechan membulatkan matanya. "Lebih baik kau tak mengajakku!" Bentaknya sambil beralih pergi dari hadapan pria menyebalkan itu.

Namun drama Korea terjadi, Mark menarik tangan kecil itu sehingga pemiliknya berada dalam pelukan sang pria. Pipinya memanas terlebih saat mencium aroma maskulin khas tubuh sang bos yang memabukkan.

"Jangan katakan itu, Haechan. Kita bisa satu kamar dan saling berbagi kenyamanan di awal musim panas ini."

Kalimat yang sukses membuat pikiran Haechan berputar liar.

"K-kenyamanan?!" Ulangnya.

Mark terkekeh kecil, "Otakmu memikirkan apa, hm?"

Suara deep sialan —batin Haechan.

Mereka berdua saling berdiam hingga beberapa detik.

"Apa pelukanku terlalu nyaman hingga kau tak melepaskannya?"

Pertanyaan yang sukses membuat Haechan salah tingkah. Padahal Mark sudah tak lagi memeluknya begitu erat. Haechan segera mendorong pria itu dan bertingkah sok cool lagi. Yang didorong menggelengkan kepalanya dan beralih menggesek akses masuk kamar.

Mark masuk duluan kemudian menghidupkan lampu diikuti oleh pemuda di belakangnya.

"Aku akan mandi. Tubuhku cukup gerah" ujarnya sambil melepas jas kasual berwarna hitam itu.

[Part II] Let's Being A GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang