Roku

44.1K 4.3K 663
                                    

Check the mulmed, dear;

———————

Hari wawancara datang. Haechan bangun dari ranjang milik dosen penanggung jawabnya, Krystal dan mulai bersiap.

"Aku pergi, noona. See you"

"See you, Chanie"

Setelah pamit Haechan berjalan menuju halte bis dekat dari sana. Di mulutnya bertengger sandwich yang dia gigit. Di bahunya tersampir tas sandang. Haechan merapikan dasinya berwarna senada dengan celana kain hitam dan sneaker hitam yang dia gunakan.

Kemeja biru dan kacamatanya membuat Haechan terlihat seperti pemuda baik-baik ketimbang penampilannya saat di kampus ataupun di 'dunia malam'.

Tak terasa sebuah bis berhenti di halte, dia masuk bersama orang-orang lain yang menunggu bis. Duduk di kursi tunggal bagian kanan, menghabisi sandwich sambil kembali membaca di handphone-nya jawaban-jawaban yang sekiranya masuk ke wawancara nanti.

Bis berhenti di tujuan. Dia turun diikuti beberapa orang yang satu tujuan.

Setelah menancapkan kartu bis, tak sengaja ada satu pemuda yang tampak kesulitan.

Rutukan supir bus membuat Haechan tertarik untuk mengetahuinya.

"Tidak bisa. Bis ini tidak dapat diakses dengan uang tunai, nak"

"Tolonglah aku, tuan. Aku benar-benar tak memiliki kartu pengguna bis"

"Ada apa ini?" Tanya Haechan yang baru saja hadir disana. Sang supir menatapnya, "pemuda ini. Dia tidak membawa kartu pengguna, malah akan membayar menggunakan uang tunai"

Haechan mengangguk, tiba-tiba tangannya memberi kartu pengguna bus kepada pemuda yang menatap bingung padanya.

"Ini. Aku yang akan membayarnya. Gunakan saja kartuku"

Binarmata terkembang di netra bulat itu, "T-terimakasih!" Ujarnya.

Setelah itu Haechan pun turun diikuti oleh penumpang lain yang hanya menonton kejadian tadi.

"Ini, kak" ujar seseorang tiba-tiba yang tak lain adalah pemuda tadi, menyodorkan kartu Haechan.

"Oh iya" segera diambil oleh Haechan. Dia pun menoleh ke arah pemuda dengan wajah sumringah.

"Hm namamu siapa?" Tanya Haechan.

"Yangyang kak! Ji Yangyang, salam kenal kak—"

Haechan menerima jabatan tangan itu, "Kim Haechan, panggil Haechan saja karena aku rasa kita satu tingkatan"

"Baik Haechan!"

"By the way, kau mau ikut tes wawancara kah?" Tanya Haechan begitu melihat setelan pemuda itu.

"Iya kak. Kakak juga ya?" Tanya balik Yangyang. Haechan mendengus.

"Haechan, Yangyang. Iya aku mau ikut wawancara"

Yangyang tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya tidak gatal, " Haechan, kau ikut tes wawancara di Leon company kah?"

"Iya. Apa kau juga?"

Yangyang mengangguk kuat hingga Haechan meringis bila kepala pemuda itu mungkin bisa saja lepas.

"Kalau gitu kita jalan bersama kesana ayo!" ajak Haechan.

"Let's go!" Seru Yangyang mengikutinya.

———

Sesampainya di depan gedung perkantoran tersebut mereka berhenti sejenak dan menunjukkan wajah kagum. Bagaimana tidak, terlebih saat langkah mereka masuk di sambut oleh banyak hal menarik. Seperti pintu masuk yang terbuka otomatis saat ada yang masuk, suasana perkantoran western yang khas, dan ada satu lift transparan yang berdiri di megah.

[Part II] Let's Being A GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang