Part II : Ichi

3K 210 6
                                    

Warning ⚠️ BXB content, m-preg, bed scene explicit! Under 18+? Just go away, okay?

Haechan terdiam menatap dirinya yang tidak berbusana di cermin kamar. Menahan mulutnya tidak bersuara, meskipun hentakan ke analnya semakin kuat dan dalam.

"M-mark~hiks.." rintih Haechan, pria itu pun mengelus puting tegang Haechan mencoba menenangkannya. Bukan yang tenang, putingnya malah dipelintir bersamaan dengan hentakan yang menenbus sweet spot nya.

"S-sir~Ahhhh~t-terlalu dalam-hmppp Mark Lee~!"

Makin mendengar desahan itu, Mark makin mempercepat ritmenya untuk mendapatkan klimaks.

"Akhhh!" Pekik Haechan begitu merasakan cairan merobek pengaman yang mereka gunakan.

Dengan perlahan Mark melepaskan diri dari Haechan. Dengan rubuh telanjangnya yang kelar itu disinari oleh sinar bulan yang mencoba masuk dari sela-sela lobang angin kamar Haechan.

"Aku akan membersihkan diri dulu, sayang. Setelah itu kita lanjut di kamar mandi bagaimana-ah, sakit Lee Haechan!" Ujar Mark yang terpotong oleh lirihan begitu botol pelicin Haechan lemparkan kepadanya.

Haechan hanyak menatap Mark kesal meskipun di mata Mark kekasihnya itu tetap cantik dan menggemaskan saat ini.

"Hmph! Main sendiri saja sana!" Ketua Haechan lalu menenggelamkan tubuhnya dalam selimut tebal.

Mark hanya bisa menggigit pipi bagian dalamnya menatap keimutan yang Haechan miliki lalu berjalan menuju kamar mandi.

Beberapa waktu sebelumnya Mark berhasil membuat Haechan percaya kembali kepadanya. Mark memeluk laki-laki yang memikat hatinya itu. Fakta jika Diana anak mereka juga memperkuat alasan Mark untuk hidup bersama dan melindungi keluarga yang akan dia bangun.

Haechan menatap malu kepada Mark yang mengatakan akan segera mempersuntingnya. Jujur, ini salah satu harapan yang diinginkan secara alam bawah sadar apalagi sejak mengandung Diana. Haechan butuh sosok 'Ayah Kandung' bagi Diana untuk mencintai dan mengayomi gadis kecilnya.

Perlahan namun pasti hati Haechan luluh dengan Mark yang sekarang.

"Papa~" panggil Diana sambil mengetok pintu kamar orangtuanya.

Begitu Kakek Park pergi, Diana tinggal bersama papa dan daddynya yang memilih tinggal bersama mereka. Sehingga saat liburan musim panas saat ini, gadis kecil itu hanya bermain bersama kedua orangtuanya serta seekor puppy yang dinamai Woojoo.

Haechan yang tidak memakai busana apapun masih terbaring di ranjang kecilnya sambil menahan kesakitan tubuhnya yang begadang melayani nafsu kekasihnya itu. Kepala Haechan cukup pengang ditambah dengan Diana yang berteriak memanggil dan memukul pintu kamar yang untung saja terkunci, jika tidak dia akan merasa berdosa membiarkan anaknya mencium bau-bau kehangatan sang daddy.

"Diana? Kenapa sayang?" Panggil Mark yang baru saja kembali dari toko serba ada membeli bahan makanan untuk mereka.

Mark menurunkan belanjaannya di lantai lalu menggendong gadis kecilnya yang cemberut saat ini.

"Kenapa wajah anak daddy seperti ini, hm???" Tanya Mark. Diana yang berada dalam gendongannya menyilangkan tangan di depan dada, "Daddy, masa papa gak buka pintu sih kan Diana mau cium pagi papa?!" Kesalnya.

Mark tertawa kecil lalu mencium pipi gembul Diana, "Hmp! Ini sudah papa wakilkan ciuman papa. Diana cukup cium daddy aja ya sekarang, papanya lagi capek sayang."

Diana tersenyum binar lalu mencium daddynya itu, "Papa capek kenapa, daddy?"

Ah, Mark ini. Padahal dia sudah tahu jika putrinya itu punya rasa ingin tahu yang tinggi.

[Part II] Let's Being A GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang