17. Memasak

481 107 2
                                    

Upacara srada dilanjutkan. Arca Rajapatni dikeluarkan dan didudukkan di singgasana. Semua pendeta tua maupun muda beruntun-runtun memuja.

Setelah itu, para raja dan putra berdatang sembah yang dipimpin oleh Amangkubumi Gajah Mada. Setelah berbakti sembah, mereka duduk teratur di balai witana.

Singawardhana yang merupakan Brhe Paguhan menyembahkan makanan untuk semua orang. Sementara Bhre Matahun- Rajasawardhana- mempersembahkan banteng putih seperti lembu nandini.

Kudamerta mempersembahkan rumah dengan taman bertingkat. Kertawardhana mempersembahkan penari-penari cantik yang menghibur dan membuat mengharu-rindukan hati.

Dari banyak persembahan dari para raja, yang paling hebat adalah persembahan dari Hayam Wuruk. Gunung Mandara yang diberkati oleh para dewa.

Pesta Srada terdebut berlasung meriah, hingga siang hari.

Setelah upacara Srada selesai, Sudewi pergi menuju dapur istana. Ia berniat untuk membuat bubur ketan hitam.

"Ada perlu apa Nimas ada di sini?" tanya koki kerajaan yang heran melihat Sudewi datang.

Sudewi tersenyum. Ia bisa meminta pria itu untuk membantunya membuat bubur ketan hitam.

"Bantu aku untuk membuat bubur ketan hitam. Bisa 'kan?"

Koki istana mengangguk. Namun, sedikit merasa ragu. "Biar saya buatkan, Nimas."

Sudewi menggeleng. "Aku ingin belajar membuatnya."

Koki kerajaan itu berpikir sejenak yang kemudian mengangguk setuju. "Baiklah, Nimas. Mari."

Koki kerajaan membawa Sudewi ke depan meja dapur dan menyiapkan bahan-bahan. Di atas meja kini telah ada beras ketan hitam yang baru saja diambil dari kendil, daun pandan, kelapa tua, dan bumbu lainnya.

Koki kerajaan menyiapkan tungku untuk memasak, lalu mencuci beras ketan hitam. Sudewi hanya memperhatikannya.

Setelah beras ketan hitam telah bersih, Sudewi membantu memasukkannya ke dalam tungku atas petunjuk sang koki. Tak lupa menambahkan air dan daun pandan ke dalamnya.

Kemudian, Koki kerajaan membut saus santan. Namun, pria itu tiba-tiba memegangi perutnya.

"Nimas, saya ke belakang dulu. Perut saya sakit."

Sudewi yang mendengarnya terkesiap. Bagaimana bisa koki kerajaan meninggalkannya? Ia sama sekali tidak tahu cara membuatnya.

"Tapi, bagaimana dengan saus santannya?" tunjuk Sudewi ke arah parutan kelapa yang baru saja diperas.

"Ditaruh ke tungku kecil, lalu tambah garam sama tepung jagung."

Setelah mengatakan hal itu, Koki kerajaan meninggalkan dapur dengan tergesa-gesa.

Sudewi hendak menahan, tetapi pria itu telah hilang. Ia hanya bisa menatap nanar parutan kelapa yang ada di depannya. Ia sama sekali tidak bisa melanjutkannya.

Tak sengaja, Sudewi melihat seorang dayang yang lewat di depan pintu dapur.

"Tunggu!"

Dayang tadi berhenti berjalan. Ia mencari-cari sumber suara yang ternyata ada di di dalam dapur umum istana.

"Kemarilah!" Sudewi melambaikan tangan kanannya.

Dayang itupun menurut, berjalan ke arahya.

"Ada perlu apa Nimas memangil hamba?"

"Kau bisa membuat bubur ketan hitam?" tanya Sudewi kepada dayang itu yang dibalas gelengan kepala.

Sudewi menghela napas berat. Bagaimana ini? Ia tidak tahu kelanjutannya. Sepertinya koki kerajaan juga tidak akan kembali cepat.

PadukasoriWhere stories live. Discover now