23. Asmara Antara Arunika Dengan Abimana

746 105 8
                                    

Keesokan harinya, Sudewi pergi ke barak prajurit untuk memberikan sesuatu kepada Abimana. Namun, bahunya merosot tatkala mendapati tempat itu sangat sepi. Hanya menyisakan beberapa prajurit.

Ia menatap nanar bungkusan kain yang dibawanya. Apakah, para prajurit berangkat tadi malam? Jika benar, Abimana pasti merasa kelelahan. Seharusnya ia tidak mengajak laki-laki itu pergi.

Karena tidak ada hal yang akan ia lakukan di sini, Sudewi kembali masuk ke keraton. Hari-harinya sungguh membosankan. Seandainya Arunika dan Sekar datang, ia sangat senang. Ia juga sangat rindu dengan dua teman masa kecilnya itu.

Tanpa Sudewi duga, harapannya menjadi kenyataan. Arunika datang bersama kedua orangtuanya. temannya itu merupakan seorang anak dari salah satu rakryan Majapahit.

Saat melihat Arunika duduk di paseban bersama kedua orangtua dan tetua kerajaan, Sudewi melambaikan tangan.

Arunika yang merasa ada yang memperhatikannya pun menoleh. Netra hitamnya menangkap seorang gadis yang berdiri di balik pohon merak. Hampir saja ia tidak mengenali wajah gadis tersebut.

Karena penasaran dengan tingkah Sudewi, Arunika pun undur diri. Ia menunduk hormat kepada petinggi kerajaan, lantas keluar meninggalkan paseban. Ia berjalan ke tempat Sudewi berada.

"Dewi?" tanyanya ragu. Ia dibuat pangling. Gadis di depannya sangat berbeda dengan temannya dulu.

"Aku sangat senang kau datang ke sini, Aru. Bagaimana bisa kau tidak mengunjungiku di Daha?" tanya Sudewi dengan tatapan kecewa.

"Maafkan aku, Dewi. Aku belum sempat berkunjung. Lagipula, kau pasti tidak akan merindukanku." Arunika menyilangkan kedua lengannya di depan sada. Kini malah dirinya yang memasang raut kecewa.

"Tentu saja aku merindukanmu." Sudewi terdiam sambari menatap ke arah paseban. "Laksita tidak ikut denganmu?" tanya Sudewi yang melihat saudara kembar Arunika tidak terlihat.

"Dia tidak ikut. Kakinya keseleo kemarin."

Sudewi ikut prihatin. Keseleo bukanlah hal yang sepele. Dirinya saja selalu menangis jika mengalami hal itu.

Sudewi mengajak Arunika berjalan-jalan ke taman keraton. Ia ingin mengobrol bebas dengan teman lamanya itu.

"Kenapa kau tidak bilang jika mempunyai hubungan dengan Abimana?" Sudewi menatap tajam.

Arunika yang mendapat tuduhan seperti itu pun dibuat tersentak. Hubungan macam apa yang dimaksud temannya itu?

"Aku tak mengerti apa maksudmu, Dewi. Hubungan yang bagaimana? Hubungan teman? Kita semua kan memang berteman."

Sudewi memutar bola matanya. "Maksudku, hubungan asmara. Kalian menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi, ya?"

"Tidak!" sanggah Arunika dengan cepat. Bagaimana Sudewi berpikir dirinya menjalin asmara dengan Abimana. Jika bertemu dengan laki-laki itu saja, ia sangat ingin menimpuknya.

"Mengaku sajalah, Aru. Abimana juga sudah mengaku kalau dia mencintaimu."

Langsung saja kedua mata Arunika membulat tak percaya. Mana mungkin Abimana menyukainya.

"Itu tidak mungkin, Dewi. Kami tidak sedekat yang kau pikirkan. Bahkan, di antara kita bertiga yang paling dekat dengan Abimana adalah dirimu."

Sudewi menyilangkan lengannya di depan dada. Ia masih tidak percaya dengan ucapan dari Arunika. Sepertinya teman satunya itu tidak mau jujur. Baiklah, mungkin Arunika akan mengaku jika bertemu dengan Abimana. Sangat disayangkan Abimana tengah tidak ada di sini.

"Baiklah... baiklah. Sebaiknya kita berhenti membahasnya. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan kepadamu." Sudewi menghela napas pasrah. Kemudian, ia mengajak Arunika untuk berjalan-jalan.

"Oh, ya, bagaimana kabar Abimana?" tanya Arunika yang berjalan bersisian dengan Sudewi. Mereka tengah menapaki tanah yang menjadi tempat jalan kaki, sisanya hanya rerumputan dan pepohonan.

Tentu Sudewi yang mendengar pertanyaan dari Arunika dibuat mengernyitkan dahi.

"Kenapa kau bertanya kabarnya kepadaku? Bukankah kalian sering bertemu," celetuk Sudewi.

Arunika berdecak sebal. "Sudah berulang kali kukatakan, kami tidak saling jumpa semenjak kematian ibu suri Gayatri, sama seperti dirimu."

"Aku tidak percaya. Jangan bilang, kau tidak tahu jika Abimana sekarang menjadi bagian dari prajurit Bhayangkara."

Arunika membulatkan mata. Ia benar-benar tidak percaya. Bagaimana bisa remaja laki-laki yang tidak mempunyai otot, kini menjadi seorang prajurit bhayangkara.

"Mana mungkin, Dewi. Aku sama sekali tidak percaya."

Sudewi menoleh. Ia dibuat bingung. Sebenarnya, dugaannya mengenai kedekatan Abimana dengan Arunika itu benar apa tidak. Kenapa gadis di sampingnya sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Abimana.

"Dia benar-benar aneh." Arunika tertawa. "Bukankah dia selalu menjahilimu dan ada di dekatmu? Mana mungkin ia mampu berjauhan denganmu. Setiap kali aku melihatmu, kau selalu bersama Abimana. Di mana ada Abimana, pasti ada kau. Hal yang lebih terbukti kebenarannya, Abimana menyukaimu, Dewi."

Sudewi langsung menggeleng. "Tidak. Dia tidak menyukaiku. Dia bilang sendiri bahwa dirinya menyukaimu, Aru. Jika saja ia menyukaiku, tentu dia pasti akan merasa cemburu karena aku selalu bercerita tentang Baginda."

Arunika masih memperhatikan. "Bagaimana jika suatu saat Abimana menyatakan cinta kepadamu?"

Tanpa pikir panjang, Sudewi langsung menjawab, "tentu aku akan menolaknya."

"Benarkah? hmm.... Bagaimana bisa kau tidak menaruh hati kepadanya, Dewi. Padahal, kalian selalu bersama. Bukankah, witing tresna jalaran saka kulina?"

Sudewi pangsung menggeleng. "Dia tidak mungkin menyukaiku, Aru."

"Bagaimana dengan dirimu? Apa kau tidak menyukainya?"

"Tidak. Aku tidak menyukainya."

Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang sejak tadi mendengarkan obrolan mereka berdua dari balik pohon brahmasthana. Ada rasa perih yang menyeruak di dada setelah mendengar jawaban dari gadis yang dicintainya. Niat untuk berpamitan, sedikit menghilang.

"Kenapa kau ada di sini? Kukira kau sudah pergi." Tiba-tiba saja Sudewi muncul di depan Abimana yang membuat laki-laki itu terkejut. Selang beberapa detik kemudian, Arunika juga muncul.

Abimana terkejut, namun ia buru-buru menyembunyikan raut terkejutny. Ia tersenyum simpul. "Aku baru saja hendak berpamitan kepadamu."

"Kurasa kau tidak berpamitan denganku, tapi dengan dirinya," balas Sudewi sambil mengarahkan pandangan ke arah gadis yang berdiri di sampingnya, Arunika.

Arunika yang mendengar hal itupun dibuat jengah. Ia sama sekali tidak mempunyai hubungan apapun dengan Abimana. Percuma jika ia memyanggah ucapan Sudewi, perempuan itu tak akan percaya.

"Sudewi bilang, kau menjadi prajurit bhayangkara sekarang."

"Benar," balas Abimana.

"Kenapa kau mendadak ingin menjadi prajurit? Sangat mengherankan," ujar Arunika dengan tatapan tak menyangka.

Sudewi berdecak sebal. "Abimana pasti ingin melihatmu jika kau datang ke keraton Majapahit. Akan kuberi kalian waktu untuk melepas rasa rindu."

Setelah mengatakan hal itu, Sudewi berjalan meninggalkan Abimana dan Arunika.

Mendadak suasana menjadi hening. Karena tak tahan dalam suasana canggung seperti ini, Arunika memilih untuk memulai pembicaraan. Ia menyilangkan tangannya ke depan dada, menatap laki-laki di depannya yang tengah memandangi kepergian Sudewi.

"Kau tak mungkin menyukaiku."

***

Sabtu, 15 Mei 2021

PadukasoriWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu