22. Kebohongan

490 98 9
                                    

"K-kau ... menyukai Arunika? Sejak kapan?" Sudewi membulatkan kedua matanya. Sungguh tidak dapat dipercaya, bagaimana bisa Abimana menyukai Arunika?

Abimana yang awalnya gugup karena takut Sudewi mengetahui bahwa yang ia cintai adalah dirinya, kini hanya bisa tersenyum simpul. Dugaan Sudewi sangat salah. "Benar."

Nertaja menggeleng. Ia menatap tak percaya kepada Abimana. Bagaiamana bisa laki-laki itu berbohong dan membuat Sudewi percaya dengan dugaannya. Seandainya saja mengingkar janji tidak dosa, ia akan mengatakan langsung kepada perempuan itu.

"Bagaimana kau bisa mencintainya? Ini sungguh sulit dipercaya." Sudewi terperangah. Tentu ia akan setuju jika Abimana menaruh hati kepada Arunika.

Arunika merupakan gadis yang baik. Hanya saja, ia galak dan ketus. Bahkan, Sudewi heran bagaimana bisa Abimana menyukai Arunika yang padahal mereka berdua sering bertengkar jika bertemu.

Ketika hendak memberi pertanyaan-pertanyaan lain kepada Abimana, makanan pesanan mereka datang yang membuat Sudewi mengurungkan niatnya.

Nyi Arum Ningsih datang dengan membawa nampan kayu yang di atasnya ada tiga mangkuk jukut harsyan. Sup itu mengepul dan mengeluarkan aroma yang sedap.

"Monggo didhahar rumiyen," ucap Nyi Arum Ningsih sambari meletakkan mangkuk yang terbuat dari tanah liat itu ke atas meja kayu.

"Matur nuwun, Nyi," balas Abimana dengan sopan yang dibalas anggukan oleh Nyi Arum.

Sudewi tersenyum melihat sup itu yang terlihat sangat enak. Sepertinua Nyi Arum tidak menyadari jika ada puteri Daha dan Majapahit di hadapannya lantaran waniya setengah paruh baya itu langsung pergi kembali ke gerobak.

Tak mau Sup nya dingin, Sudewi langsung menyantapnya dengan lahap. Walaupun makan di luar kata anggun, gadis itu tetap terlihat mempesona, bak dewi kahyangan, sampai-sampai pandangan Abimana tak teralihkan.

Mereka pulang saat matahari sudah terbenam. Untung saja Abimana telah mempersiapkan obor di kereta pedati, sehingga memiliki cahaya penerang di jalanan yang sepi.

Karena Nertaja tertidur di belakang, Sudewi memilih berpindah duduk di samping Abimana, menemani laki-laki itu agar tak sendirian.

"Jadi, sejak kapan kau menyukai Arunika."

Dalam hati Abimana merasa sedih jika Sudewi membahas Arunika. Ia menjadi merasa bersalah karena membohongi hatinya sendiri.

Ia pun hanya mengedikkan bahu.

"Menurutku dia orang yang tepat. Bahkan aku sudah dapat membayangkan keluarga kecilmu nanti," ujar Sudewi sambil terkekeh pelan. "Ibunya sangat galak, ayahnya menyebalkan, dan anak-anaknya... pasti hanya bisa menggelengkan kepala melihat hubungan orangtuanya yang seperti kucing dan tikus."

"Jika keluarga kecilku seperti itu suatu saat nanti, pasti keluargamu sebaliknya. Ibunya anggun, ayahnya berwibawa, dan anak-anaknya bijaksana."

Kalimat yang dilontarkan oleh Abimana membuat Sudewi tersipu malu. Untung saja keadaan sekitar gelap sehingga Abimana tak dapat melihat rona merah di pipi gadis itu.

"Dan suatu saat nanti, aku ingin menikahkan anakku dengan anakmu," ucap Sudewi lagi.

Abimana hanya menanggapi dengan senyuman.

***

Selamat Hari Raya Idhul Fitri
Mohon Maaf Lahir Dan Batin

Jumat, 14 Mei 2021

PadukasoriWhere stories live. Discover now