09. ㅣKawan Lama (2)

557 136 6
                                    

Pemuda tadi tersenyum lebar, lantas memeluk Abimana. "Kau datang juga setelah sekian lama, Kawanku."

Sudewi hanya memandangi kedua laki-laki yang terlihat akrab itu.

Setelah berpelukan singkat, mereka sama-sama menarik diri. Alis Cakra terangkat sebelah saat melihat perempuan asing berdiri di samping temannya. Hatinya bertanya-tanya, siapa perempuan cantik yang dibawa oleh Abimana itu?

Melihat raut kebingungan yang terukir di wajah Cakra, Abimana tersenyum. "Dia Nimas Sudewi."


Kedua mata Cakra membulat sempurna. Buru-buru ia menunduk hormat karena yang berdiri di hadapannya adalah putri kerton Daha.

Wajar saja bila Cakra tidak mengetahui jika di samping Abimana adalan Sudewi lantaran dirinya tinggal di dataran tinggi dan belum pernah melihat gadis itu secara langsung.

"Ampun, Nimas, karena telah berlaku tidak sopan."

"Tidak masalah. Ngomong-ngomong, kalian berteman?" Sudewi menunjuk Abimana dengan pandangannya.

Cakra mengangguk. "Waktu kecil Abimana juga tinggal di desa ini, Nimas."

Sudewi mengangguk paham. Dirinya ingat sekali waktu Abimana dan orang tua laki-laki itu datang pertama kali di keraton Daha.

"Tapi, kenapa kau datang ke sini bersama Nimas Sudewi?" tanya Cakra kepada sahabatnya.

"Aku mengajaknya untuk melihat matahari terbit di tebing yang ada di dekat sini."

"Itu kan-" Kalimat Cakra terpotong karena Abimana mengajukan pertanyaan.

"Apakah masih ada tempat yang bisa digunakan untuk Nimas Sudewi bermalam di sini?" Abimana memandangi deretan rumah yang kini telah sepi.

Cakra menggaruk-garuk rambut yang tak gatal. Kebanyakan rumah di perkampungan kecilnya ditinggali penduduk yang sudah berkeluarga. Mana mungkin Sudewi akan tidur di salah satu rumah mereka.

Cakra teringat sesuatu. Ada sebuah rumah tetangganya yang dapat ditempati oleh Sudewi malam ini.

"Ada. Ikutlah denganku," ajak Cakra kepada Abimana. Kemudian, pandangannya mengarah ke Sudewi. "Mari, Nimas."

Sudewi mengangguk. Ia berjalan di samping Abimana, sementara Cakra memimpin jalan, melewati beberapa rumah penduduk yang pintu rumahnya telah tertutup rapat.

Sudewi memeluk lengan Abimana karena takut terjatuh. Hanya diterangi obor di stiap pagar rumah, membuat jalanan tak begitu jelas.

Tak lama kemudian Cakra masuk ke salah satu pekarangan sebuah rumah biasa. Abimana dan Sudewi mengikutinya.

Mereka bertiga menaiki anak tangga yang menghubungkan antara halaman dengan beranda rumah yang lumayan tinggi.

Cakra segera mengetuk pintu kayu tersebut. Tak lama kemudian, pintu itu terbuka menampilkan seorang gadis berkemban dengan rambut digerai ke kanan.

"Cakra? Apa yang membawamu ke sini?" tanya gadis itu yang terlihat menyembunyikan rasa senangnya. Sudewi memicingkan mata. Ia merasa gadis itu menyukai laki-laki yang ada di depannya.

"Begini, Chitra, bolehkah Nimas Sudewi menginap di rumahmu malam ini? Hanya satu malam," ucap Cakra yang sedikit segan.

Alis gadis yang bernama Chitra itu mengernyitkan dahi. Nimas Sudewi? Pandangannya mengarah ke belakang Cakra. Ada seorang laki-laki dan gadis yang sangat cantik.

Nimas Sudewi?

Buru-buru ia mengangguk. Chitra tersenyum senang. "Tentu saja. Pintu rumahku akan selalu terbuka lebar untuknya."

"Maaf jika merepotkanmu, Chitra," ucap Abimana kepada gadis itu.

Pandangan Chitra pun beralih ke arah laki-laki di samping Sudewi. Ia sama sekali tidak mengenali wajah laki-laki itu.

"Kau pasti tidak percaya dengan hal ini, Chitra, dia adalah Abimana." Cakra kembali bersuara.

Sontak Chitra menutup mulutnya yang terbuka lebar membentuk huruf o. Ia menatap kagum ke arah laki-laki yang ditunjuk oleh Cakra. "Abimana? Benarkah?"

Abimana hanya tersenyum dan menggaruk-garuk rambutnya yang pendek. Ia heran melihat orang-orang tak mengenalinya.

"Baiklah, sebaiknya kau dan Nimas Sudewi segera beristirahat," ucap Cakra.

Chitra mengangguk.

"Lalu, bagaimana dengan Abimana?" tanya Sudewi kepada Cakra.

"Dia akan tidur di rumahku, Nimas," balas Cakra yang membuat Sudewi mengangguk mengerti.

Abimana dan Cakra pun bersiap meninggalkan beranda rumah Chitra. Namun, sebelum Abimana menuruni anak tangga, tangan laki-laki itu ditahan oleh Sudewi.

"Besok jangan meninggalkanku di sini," lirih Sudewi. Karena Abimana selalu jahil kepadanya, ia takut keesokan paginya Abimana pulang ke Daha tanpa bersamanya.

"Tidak akan, Dewi. Cepatlah masuk dan tidur." Abimana melepaskan cekalan tangan gadis di sampingnya.

Sudewi menurut. Namun ketika hendak masuk ke rumah Chitra, lengannya ditahan oleh Abimana.

"Kau jangan sampai mendengkur. Bisa-bisa para tetangga terbangun ucap Abimana tepat di depan telinga Sudewi.

Wajah Sudewi memerah seketika. Sebelum mendapat pukulan dari gadis itu, Abimana langsung menuruni anak tangga dan menyusul Cakra yang sudah berada di jalan.

Dapat Sudewi lihat jika Abimana tertawa.

"Awas saja kau!"

***

Jumat, 9 April 2021

PadukasoriWhere stories live. Discover now