Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stay Enjoying !
———
Bagaimana jika kamu harus terpaksa mengikuti arahan kedua orang tua mu? Mungkin menurut kebanyakan orang itu adalah hal yang lazim dan wajar-wajar saja. Namun menurut mu, kamu tertekan.
Orang tua mu selalu menyarankan mu—ah tidak-tidak, lebih tepatnya memaksa mu—untuk melakukan hal-hal sesuai dengan keinginan mereka. Dasar orang tua egois.
Mungkin karena dampak kamu anak tunggal. Anak satu-satunya. Tak ada yang lain selain kamu. Ya, hanya kamu anak mereka berdua.
Biasanya seorang anak akan bahagia jika menuruti kemauan atau pun rekomendasi dari orang tua nya. Namun anehnya kamu malah... Sengsara.
Semua kemauan orang tua mu yang telah kamu turuti dan jalankan malah menjadi beban dan masalah tersendiri bagi diri mu. Mereka hanya mengetahui bahwa kamu bahagia saat mengikuti suruhan mereka, padahal itu hanya palsu.
Orang tua macam apa yang tidak tahu membedakan antara yang asli dengan yang palsu?
"Ayolah ma, aku ini udah besar, aku gamau nikah sama dia,"
"KAMU BISA GA TURUTI KEMAUAN ORANG TUA, HAH?!" Oh tidak, papa mu malah membentak mu, "KAMU ITU ANAK KAMI, YA JADI IKUTI ARAHAN KAMI!"
"TAPI ARAHAN NYA SELALU BUAT AKU SENGSARA, PA! MA! SELALU AJA BUAT AKU KADANG—"
"Satu kali aja. Ini yang terakhir buat kamu karena kamu bakalan jadi istri orang." Ujar mama mu pelan.
Kamu pun duduk di kursi tamu karena kalian bertiga berdebat di ruang tamu. Untung saja rumah mu terbilang cukup besar dan mungkin tetangga tidak akan mendengar perdebatan kalian bertiga karena jarak rumah yang sedikit jauh.
Kamu memijat pelipis mu pelan. Berfikir sejenak tentang permintaan kedua orang tua mu. Yang katanya akan menjadi 'permintaan terakhir' dari mereka. Katanya.
Ini tawaran yang sedikit bagus, 'kan?
Kamu menggigit bagian dalam bibir mu sembari menatap kosong kearah depan. Lalu kamu mengangguk pelan tanda kamu setuju dengan permintaan kedua orang tua mu.
