#2 (Jeno) - Not Such a Bad Boy

938 102 22
                                    

Kamu memandangi arloji milik mu yang bertengger di pergelangan tangan mu sembari memegang topi untuk upacara.

Berdiri sendirian dan memandangi pagar sekolah yang telah di tutup dari jarak 10 meter. Kamu terlambat mengikuti upacara kemerdekaan, 17 Agustus.

Kamu menggigit bibir dalam mu dengan perasaan risau. Kamu tak pernah terlambat di hari besar seperti ini. This is first time.

"Telat?"

"Anjir!" Kamu terlonjak kaget saat mendengar suara bariton milik seorang pria yang tiba-tiba saja berada di sebelah mu padahal daritadi tak ada siapapun di dekat mu.

"Kaget, ya?" Pertanyaan itu dilontarkan dengan polos nya.

Kamu hanya berdeham pelan menanggapi nya. Kamu malas berurusan dengan pria ini. Ia terlilit banyak masalah di sekolah. Mulai dari tidak mengerjakan PR sampai bolos pelajaran.

Sudah banyak surat peringatan yang diberikan kepada nya namun ia tetap saja binal dan tetap pada jalan nya.

Ah iya, dia tak pernah diberikan sanksi berupa dikeluarkan dari sekolah. Ya, ini semua tak lepas dari ayah nya yang notabene nya adalah pemilik yayasan sekolah mu.

Beruntung sekali dirinya.

"Lo mau masuk ke dalem? Yakin?" Ia kembali bertanya kepada mu.

Kamu menatap nya, "Emang kenapa?"

"Guru piket yang lagi jaga galak tau."

"Iya, terus?"

"Mending ikut gua," Dengan cepat ia menarik lengan mu untuk menjauh dari sana dan tentu saja agar tak ketahuan oleh guru yang sedang piket hari ini.

Kamu menggeleng pelan sembari memberontak. Enak saja dia, sementang wajah nya tampan, ia kira ia bisa macam-macam dengan mu apa?

"Lepasin anjir! Kalo ga gua teriak nih?!"

"Weh mending jangan teriak—AYO LARI ANJIR PAK SLAMET KEARAH SINI!"

Kamu dengan cepat menatap kearah gerbang sekolah dan benar saja. Pak Slamet yang merupakan guru piket hari ini yang kamu kata galak sedang mengecek siswa yang berada di luar pagar.

Mau tak mau kamu harus mengikuti pria ini. Kamu sebenarnya tak tau ingin dibawa kemana namun daripada harus berurusan dengan guru BK, lebih baik kamu kabur saja.

Saat pria merasa kalian berdua sudah jauh dari gerbang sekolah, ia bernafas dengan lega.

"Lepasin anjir!"

"Oh iya," Pria yang sebelumnya memegang pergelangan tangan mu itu pun kini melepaskan genggaman nya dengan cepat.

Kamu hanya menatap nya sembari menghadiahkan death glare kepada nya. Pria itu kini menggaruk tengkuk nya.

"Jeno." Gumam mu saat membaca name tag di seragam nya.

Pria itu mendelik, "Ngapain baca nama gua?!"

"Gapapa."

Setelah ucapan terakhir mu, Jeno tak lagi mengoceh. Ia sibuk mengutak-atik ponselnya dan duduk disebuah kursi yang entah sejak kapan berada di dekat nya.

Di sebelah mu juga ada kursi namun kamu tak ingin disana karena kursi tersebut terlihat kotor dan berdebu.

Kamu hanya bisa merotasikan bola mata mu. Betapa tak peka nya pria ini. Sudah tahu kamu lelah seusai berlari dari kejaran pak Slamet malah tak diberi air ataupun kursi.

Namun tunggu, kenapa kamu berharap kepada nya untuk peka?

Kamu yang tak mau lama-lama di dekat nya karena takut akan kecipratan masalah pun kini menjaga jarak darinya. Berancang-ancang untuk pergi dari tempat ini meninggalkan pria aneh ini sendirian.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 25, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

sweet dreams ; nct.Where stories live. Discover now