𝟶𝟹. 𝙼𝚢𝚜𝚝𝚎𝚛𝚒𝚘𝚞𝚜 𝙱𝚘𝚘𝚔

615 160 8
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

≪•◦ ❈ ◦•≫

"Hari ini giliranku, 'kan, Bu?" Bocah laki-laki itu menampilkan wajah cerianya saat melihat ibunya masuk ke dalam kamarnya. Sejak beberapa menit yang lalu ia terus duduk di atas kasurnya, tidak berniat membaringkan diri sampai ibunya datang untuk membacakan dongeng seperti biasa.

"Tentu. Hari ini kau yang memilih," jawab ibunya lalu duduk di sisinya.

Bocah itu pun langsung berbaring, menaikkan selimutnya sampai ke dada. "Aku pasti memilih dongeng tentang Kastel yang Hilang."

"Kau yakin? Kau sudah mendengarnya hampir setiap malam. Apa kau tidak merasa bosan?" Ibunya tersenyum sambil mengelus kepalanya.

Bocah itu menggeleng. "Sama sekali tidak." Matanya lalu memandang ke arah meja yang berada di sisi kanan tempat tidurnya. "Kurasa bukunya tertinggal di perpustakaan." Buku tipis yang berisi dongeng kesukaannya itu tidak ada di sana. Ia ingat sekali bahwa buku itu ia bawa ke perpustakaan agar dapat membacanya dengan tenang tanpa gangguan sedikit pun.

"Tidak. Buku itu ada di sini." Buku itu ternyata ada di tangan ibunya. "Ibu sudah menuliskan cara untuk mendapatkan kastel itu di sini," bisik ibunya seolah-olah orang lain tidak boleh mendengarkan percakapan mereka.

"Benarkah?" Mata anak laki-laki itu berbinar. "Cepat ceritakan padaku, Bu!"

"Baik. Tapi, kau tidak keberatan, 'kan, jika harus mendengarkan ceritanya terlebih dahulu? Setelah itu baru kau boleh tahu bagaimana caranya."

"Sama sekali tidak," jawabnya.

"Kalau begitu, pastikan kau dalam posisi yang nyaman, Tuan Alexander."

Bocah laki-laki itu bergerak membenarkan posisinya. Lalu menjawab, "sudah."

"Dahulu kala, seorang penyihir putih yang juga merupakan penyihir paling kuat membangun sebuah kastel yang berada jauh dari tempat tinggal manusia. Kastel itu besar dan ajaib. Kau bisa mendapatkan apa yang kau mau di dalam sana. Apa pun, asalkan bukan sesuatu yang jahat."

"Aku pasti akan meminta permen dan manisan." Bocah itu memejamkan mata. Membayangkan dirinya berada di dalam ruangan yang penuh dengan permen dan manisan.

"Pada suatu hari, penyihir putih mengetahui akan datang hari buruk melalui ramalan. Ramalan itu mengatakan bahwa ia akan mati dikalahkan oleh seorang yang jahat. Penyihir putih pun segera mempersiapkan segalanya untuk menjaga kastel tetap aman. Sebab, ia tahu bahwa ia tidak bisa mengulur waktu kematiannya. Dan, jika ia mati, kastel yang dibangun dengan kekuatannya itu akan kehilangan sihirnya.

Hari buruk itu tiba. Seorang penyihir hitam datang dengan begitu percaya diri karena ia yakin kemenangan pasti berada di tangannya. Namun, saat penyihir hitam berhasil membunuh penyihir putih, kastel itu langsung lenyap. Penyihir hitam yang ingin menjadi penyihir terkuat sekaligus mendapatkan kastel itu tidak sepenuhnya berhasil. Ia hanya berhasil menjadi penyihir terkuat setelah mengalahkan penyihir putih. Tapi, tidak berhasil mendapatkan kastel ajaib.

The Lost Castle [END]Where stories live. Discover now