𝟶𝟾. 𝙻𝚞𝚕𝚞

408 121 6
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Arthur membawa Axel dan Florence ke sebuah penginapan. Langit masih gelap saat mereka berhasil keluar dari kastel. Florence mulai merasa sedikit pusing sebab kurang tidur. Begitu pula dengan Axel dan Arthur. Besok, mereka akan memulai perjalanan. Karena itu, malam ini mereka harus beristirahat.

Lokasi penginapan itu masih di Valmana. Namun, agak jauh dari kastel. Letaknya dekat dengan pasar. Memiliki dua lantai, dan bukan merupakan penginapan mewah. Seluruh bangunannya terbuat dari kayu, benar-benar jauh dari kata mewah. Bahkan, di beberapa titik ada yang kayunya sudah lapuk. Jelas, karena dimakan usia mengingat penginapan ini terlihat tua. Tidak ada pilihan lain. Mereka harus menghemat uang yang mereka miliki. Akibatnya, Florence dan Arthur harus mendengar keluhan Axel yang menurutnya penginapan itu lebih mirip kandang hewan. Untungnya, Axel tidak nekat kabur mencari penginapan yang lebih bagus. Karena, uang itu masih ia pegang.

Florence beruntung karena berada di kamar yang berbeda. Meski bersebelahan dengan kamar Arthur dan Axel. Setidaknya gadis itu tidak harus menahan diri untuk menampar pipi Axel.

Sebetulnya, Arthur juga tidak nyaman tidur satu ranjang dengan Axel. Ia dan Axel sama-sama bertubuh besar. Mereka jadi sulit untuk bergerak di ranjang kecil itu. Hingga akhirnya Arthur mengalah dan memilih untuk tidur di lantai. Kemarin ia tidur di atas tanah berumput, tidur di lantai tentu bukan masalah. Lagipula, ia masih memakai bantal.

Arthur baru benar-benar bisa tidur setelah Axel tidak lagi bicara. Itu pun tidak terlalu nyenyak. Mimpi tentang serangan beberapa malam lalu dan kematian ibunya terus datang membuat tidurnya terganggu.

Hari baru saja sepenuhnya cerah. Namun, Florence sudah bangun sejak satu jam yang lalu. Hidungnya terasa gatal karena kamar yang ia tempati cukup berdebu. Sepertinya, pemiliknya memang sudah pasrah dengan penginapan itu. Tidak perlu bertanya untuk tahu penginapan itu sepi. Mungkin tadi malam hanya Arthur, Axel, dan Florence yang menyewa kamar di tempat itu. Dan, satu-satunya yang bisa diharapkan hanya pelanggan yang memesan makanan dan minuman di lantai bawah.

Arthur yang hampir seluruh tubuhnya terasa sakit bangun beberapa saat setelah Florence turun. Dan, Axel bangun paling terakhir. Wajahnya tampak paling segar di antara Florence dan Arthur. Padahal semalam ia khawatir tidak akan bisa tidur di ranjang jelek dan kasur yang tidak empuk.

Florence duduk menunggu di tempat makan yang berada di lantai bawah penginapan. Duduk sendiri di sana, tanpa ada pelanggan lain. Ia hanya memesan secangkir teh. Ketika Arthur turun, barulah ia memesan semangkuk bubur.

"Aku bahkan baru bangun. Tapi, bubur kalian sudah hampir habis. Harusnya kalian membangunkanku atau setidaknya menunggu sampai aku bangun," protes Axel lalu ia memesan makanan serupa.

Arthur mengeluarkan buku dongeng yang mereka cari semalam. Ia akan membacanya terlebih dahulu untuk mempersiapkan segalanya. Alurnya masih ia ingat dengan sangat jelas. Ia bisa langsung membaca petunjuknya jika ia mau. Lagipula, cerita itu tidak lagi ia butuhkan sekarang. Namun, rasanya aneh jika ia tidak membaca ceritanya terlebih dahulu.

The Lost Castle [END]Where stories live. Discover now