𝟸𝟶. 𝙼𝚎𝚛𝚖𝚊𝚒𝚍

298 104 9
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Arthur muncul setelah agak lama Axel naik ke daratan. Laki-laki itu sontak memasang wajah sebal saat melihat Axel dan Florence duduk nyaman di tepi danau dengan pakaian kering sambil memakan jagung bakar.

"Kau! Sejak kapan kau berada di sini?" tanya Arthur, nada bicaranya jelas menyuratkan bahwa ia dalam keadaan marah. Laki-laki itu berdiri tepat di depan Axel dengan keadaan basah kuyup. Namun tampaknya Arthur tidak berniat mengeringkan tubuh. Padahal angin berembus lumayan kencang.

"Sudah agak lama," jawab Axel dengan santai setelah beberapa detik berpikir.

Agaknya Axel tak memahami emosi Arthur. Sedangkan Florence sudah menduga akan ada perkelahian setelah ini. Dan jelas, Axel yang menjadi penyebabnya. Sebab nada bicaranya barusan menandakan ia sama sekali tidak merasa bersalah. Meski begitu, Florence tidak memberi kode kepada Axel sama sekali.

"Jadi, aku mencari sendirian sedangkan kau bersantai di sini sambil memakan jagung?"

Axel dan Florence memandang Arthur heran. Pasalnya, laki-laki itu belum pernah memarahi mereka sebelumnya. Ia selalu menjadi yang paling bijak sebab umurnya lebih tua. Namun, kali ini Arthur tampak begitu marah.

Hingga akhirnya, hujan benar-benar turun. Axel dan Florence tentu akan buru-buru masuk ke tenda. Akan tetapi, Arthur menahan Axel.

"Tidakkah kau merasa bersalah?"

"Apa maksudmu?" tanya Axel penuh kebingungan. Florence bahkan mengintip dari tenda karena penasaran.

"Harusnya aku tidak pernah mempercayaimu. Kau membantuku hanya untuk kepentinganmu sendiri, bukan karena ingin membantu."

Hujan semakin deras, Axel yang sudah berganti pakaian pun ikut basah seperti Arthur. Namun ia tidak ingin masuk ke tenda untuk saat ini. Sebab, ia mulai merasa kesal terhadap Arthur.

"Bukankah itu sudah kita sepakati sedari awal pertemuan kita?" Axel masih berusaha bicara dengan nada santai. Meskipun tangannya sudah terkepal.

"Tapi setidaknya kau tidak membiarkanku mencari sendiri." Arthur semakin marah. Ia sudah siap jika akan ada perkelahian nanti.

"Kau buta atau lupa ingatan? Sudah berapa kali kita bertemu bahaya?"

Kepalan tangan Arthur akhirnya menjadi yang pertama mendarat. Axel kalah cepat sehingga pipi kirinya telah menjadi korban. Merasa tidak terima, ia pun mulai membalas. Namun, amat disayangkan sebab pukulannya gagal mendarat.

Florence tiba-tiba muncul di tengah mereka. Wajahnya kembali datar seperti saat pertama mereka bertemu. Gadis itu kemudian menggeleng pelan. Kejadian inu benar-benar mirip dengan adegan klise di film dan buku, Florence tidak suka itu.

"Menyingkirlah, kau akan terkena pukulan nanti," kata Axel dengan nada dingin yang baru pertama kali Florence dengar.

"Tidak akan." Florence berkata penuh keyakinan. Ia kemudian berbalik menatap Arthur yang terdiam. "Apakah aku perlu mengulangi perkataanmu?"

The Lost Castle [END]Where stories live. Discover now