𝟸𝟺. 𝙱𝚊𝚝𝚝𝚕𝚎

316 103 6
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Hampir seluruh warga Luella datang. Bahkan, Selena yang dibenci Florence pun ada di sini. Tidak ketinggalan, Dion yang sama menyebalkannya seperti Selena. Sama seperti Axel, Arthur, dan Florence, mereka juga begitu takjub melihat kastel ini. Semua menyambut mereka dengan sukacita. Hanya Florence yang tidak tersenyum sama sekali.

Setelah berbicara dengan para Centaurus, Arthur-dibantu oleh Zehra-mengirimkan surat kepada Tuan Edward untuk segera datang. Tak hanya itu, Zehra juga mengirimkan kereta kuda ajaib yang dapat mempersingkat waktu. Terbukti, sebelum malam tiba mereka sudah sampai.

Selain para Elf, Argus si naga juga datang. Mereka siap membantu Arthur untuk bertempur melawan Mirinda. Bedanya, Argus sama sekali tidak terheran-heran melihat kastel itu. Sebab, ia sudah pernah datang. Bahkan, ia menjadi salah satu penjaga kunci.

Para Kurcaci pun tampak begitu menyukainya. Tak ada rasa takut sedikitpun padahal ukuran tubuh mereka berbeda jauh. Argus bahkan membawa para Kurcaci terbang saat hari sudah mulai gelap.

Arthur melihat mereka semua berbahagia. Padahal, mereka akan bertempur nantinya. Ada begitu banyak peluang untuk gugur. Mereka bisa saja mati mengenaskan.

Di aula kastel yang sangat luas, mereka tengah berpesta. Ada berbagai macam makanan dan minuman. Semuanya menikmati hidangan yang tersedia. Sebagian Kurcaci memainkan musik. Sebagiannya lagi menari.

Para Elf dan Centaurus tampak akur. Mereka berbincang seperti sahabat lama. Tidak seperti orang yang baru saja saling mengenal dan bertemu.

"Ada yang ingin aku berikan kepada kalian bertiga," kata Zehra. Didengar dari nada bicaranya, gadis itu tampak serius. "Ikut aku."

"Boleh aku ikut?" tanya Selena. Ia memasang tampang menjijikkan yang lagi-lagi membuat Florence semakin membencinya.

"Hanya kami bertiga. Kau tidak termasuk," kata Florence. Ia bicara dengan nada datar seolah tanpa emosi. Namun, ia berhasil membuat wajah Selena yang tadinya girang menjadi tidak nyaman. Gadis itu pasti tersinggung. Dan, Florence suka itu.

"Kami akan segera kembali. Kau tunggu saja di sini." Axel berusaha membuat Selena tidak tersinggung. Florence yang kembali merasa kesal pun memilih untuk mengajak Zehra berjalan duluan.

"Sejak kapan Flo dekat dengan Zehra?" Arthur berbisik kepada Axel saat melihat kedua gadis itu tampak akur. Florence bahkan mengaitkan lengannya ke lengan Zehra. Lalu, mereka berdua tertawa setelah membicarakan sesuatu-yang tidak Arthur dan Axel ketahui.

"Entahlah. Kau tidak perlu heran jika mereka dekat. Orang aneh akan cocok dengan orang aneh lainnya." Axel tertawa. Namun, tidak dengan Arthur.

"Menurutku, Flo itu tidak aneh. Dia baik dan cantik." Arthur lalu tersenyum dan memandang Axel. "Aku senang berteman dengannya."

The Lost Castle [END]Where stories live. Discover now