𝟷𝟹. 𝙳𝚛𝚊𝚐𝚘𝚗

360 102 2
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Pohon di hadapan mereka tampak seperti akar-akar besar yang saling melilit. Ada juga yang melilit dalam posisi melintang seolah-olah mengikat akar-akar itu. Amat berbeda dengan pohon-pohon lain di sana. Beralih melihat ke atas. Pohon itu tampak begitu tinggi hingga menembus awan. Aneh, mereka sama sekali tidak melihat pohon ini dari kejauhan.

"Sepertinya, dugaanmu tadi pagi benar."  Arthur bicara kepada Axel tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun dari pohon itu. Ia masih takjub melihat sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Florence yang tidak mengerti apa maksud ucapan Arthur memilih tidak peduli. Tidak ingin repot bertanya. Sebab baginya itu sama sekali tidak penting. Kalaupun penting, mereka pasti akan memberitahunya.

"Sekarang, kita harus apa?" tanya Axel. Berhenti memandangi pohon itu, beralih memandang kedua temannya—jika Florence juga menganggapnya teman.

"Sepertinya kita harus memanjat," kata Arthur. Kemudian memandang Lulu. Berpikir bagaimana cara membawa anjing itu bersama mereka. Tidak mungkin juga meninggalkannya sendirian di bawah sini.

"Apa kau bisa memanjat, Flo?" Axel bertanya kepada Florence. Dengan begitu santai, seolah-olah di antara mereka tidak pernah terjadi apa-apa.

"Bagaimana, Flo?" tanya Arthur sebab Florence hanya diam.

Florence akhirnya mengangguk, agak ragu setelah Arthur yang bertanya. Terakhir kali ia memanjat, kalau tidak salah saat usianya sembilan tahun. Saat itu ia ingin mengambil balonnya yang tersangkut. Memang berhasil. Namun, ia tidak bisa turun. Dan berakhir menangis di atas pohon sampai ayahnya datang.

Arthur ingat, salah satu kantong kain milik mereka sudah kosong. Bisa diubah menjadi tas untuk membawa Lulu.

"Axel, cari kantong kain kosong bekas menaruh makanan kemarin. Kita harus menggunakannya untuk membawa Lulu," kata Arthur sembari membongkar bawaannya juga.

Setelah menemukannya, mereka pun memasukkan Lulu ke dalam sana. Dan, Axel yang akan membawanya. Sedangkan Florence akan membawa baju agar lebih ringan. Mereka tidak mungkin meninggalkan barang-barang mereka. Sebab, tidak tahu bagaimana keadaan di atas sana.

"Sebenarnya aku agak ragu jika jawabannya adalah pohon ini," kata Axel. Mereka sudah memanjat. Axel menjadi yang tercepat. Sedangkan Florence menjadi yang paling lambat. Sebab ia cukup takut. Jantung berdetak lumayan kencang saat ia mulai memanjat. Tak bisa dipungkiri bahwa dirinya ragu bisa sampai dengan selamat.

Setelah cukup lelah, Florence akhirnya menemukan sebuah cabang. Tidak besar. Hanya cukup untuk dirinya seorang. Sama sekali bukan masalah, sebab ia benar-benar butuh istirahat. Jika tidak ingin tergelincir karena kelelahan. Baru Florence sadari, ia belum melihat daun satu pun di pohon ini. Jadi, ia pun bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ini benar-benar pohon?

The Lost Castle [END]Where stories live. Discover now