𝟶𝟼. 𝙵𝚒𝚛𝚜𝚝 𝙼𝚒𝚜𝚜𝚒𝚘𝚗

482 122 8
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Tiga ekor ikan hasil tangkapan Arthur kini sudah siap disantap seusai dibakar. Ia dan Axel akan mengambil ikan yang lebih kecil. Sedangkan Florence akan makan ikan yang ukurannya lebih besar. Axel pun sama sekali tidak protes akan hal itu. Yang penting ia mendapat makanan. Sebab, perutnya sudah sangat lapar. Kata Axel juga, tubuh Florence terlihat sangat kurus dan butuh makan lebih banyak.

"Rasanya tidak sangat tidak enak. Baru kali ini aku makan ikan tanpa diberi bumbu," komentar Axel. Namun, ikan miliknya sudah bersih dari daging dan hanya menyisakan tulang saja. Bahkan kepalanya sudah tidak utuh lagi. Arthur pun hanya geleng-geleng mendengar ucapan Axel. Tidak berniat membalas komentarnya.

Florence sudah bungkam sejak Axel mengambil keputusan tadi. Ia tidak lagi mau bicara karena merasa lelah sekaligus menyesal dengan kelakuan anehnya hari ini. Akibat terlalu banyak bicara. Seperti bukan dirinya yang sebenarnya.

Setelah selesai makan, Arthur pun mendapat sebuah ide. Ia menunggu Florence selesai. Setelah itu baru ia akan mengatakannya.

"Jadi, aku sudah memiliki rencana."

Axel dan Florence lalu menaruh fokus mereka kepada Arthur. "Semoga bukan rencana bodoh," ujar Axel.

Axel memang menyebalkan. Arthur khawatir dirinya tidak akan tahan jika harus bekerja sama dengan orang seperti Axel. Dan, Florence, gadis itu tampak egois. Entahlah, Arthur baru saja bertemu mereka. Meski begitu, Arthur simpulkan bahwa Axel jauh lebih menyebalkan dari Florence. Untuk saat ini Arthur masih sabar. Keinginannya untuk merebut kembali Sidra lebih besar dari apa pun.

"Kita akan masuk ke kastel Sidra saat malam tiba. Aku harus mengambil buku itu. Karena, petunjuknya hanya ada di sana. Dan, beberapa kebutuhan kita."

"Caranya?" tanya Axel.

Axel dan Florence kembali lagi ke desa tempat mereka mencuri pakaian bersama Arthur. Axel kembali menaruh curiga karena Arthur mengajak mereka ke desa itu untuk menyewa kuda. Sedangkan Florence, ia tampak percaya-percaya saja. Axel menganggap gadis itu bodoh karena tidak waspada. Meski begitu, tetap saja Axel ikut pergi ke desa itu tanpa melayangkan protes.

Arthur ingat sekarang, kini mereka sedang berada di Desa Sheyna. Ia pernah pergi ke desa ini bersama ayahnya sebanyak dua kali saat masih kecil. Arthur mengenali desa itu karena melihat penduduknya didominasi oleh suku Sinira. Suku Sinira merupakan penduduk asli Desa Sheyna. Mereka mudah dikenali, karena ciri fisik mereka. Iris mata berwarna biru safir, berambut hitam, berkulit putih, dan jangan lupakan bintik-bintik kecil di wajah mereka. Suku Sinira pun dikenal sebagai penghasil wanita cantik. Bahkan kecantikan mereka sudah terlihat sejak bayi.

"Permisi, apakah ada kuda yang bisa kami sewa?" Arthur bertanya pada seorang warga yang lewat sambil menarik gerobak tak berkuda berisikan sayuran.

The Lost Castle [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن