𝟷𝟽. 𝙳𝚊𝚛𝚔 𝙵𝚘𝚛𝚎𝚜𝚝

328 100 3
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Hujan masih belum berhenti sejak tengah malam tadi. Axel, Arthur, dan Florence tidak jadi menginap di penginapan. Sebab, Tuan Edward menyediakan kamar kosong untuk mereka. Hanya Florence saja yang tidur satu kamar dengan Selena. Ya, pertama kali baginya. Florence pun sempat menolak. Namun, tidur di tempat berisik bukanlah pilihan yang baik. Dan pada akhirnya, Selena mengalah dengan tidur di lantai sebab gadis itu merasa Florence tidak nyaman berada di kasur yang sama dengannya.

Paginya, Axel menegur Florence sebab gadis itu terlalu jahat. Membiarkan Selena tidur di lantai padahal masih tersisa tempat yang cukup banyak. Florence pun tidak peduli. Sungguh, demi apapun ia benar-benar malas untuk bertengkar.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Arthur, berbisik kepada Axel. Tidak ingin Florence mendengar kemudian memunculkan pertengkaran lagi.

"Selena memberitahuku saat kutanya perihal kantong matanya yang menghitam."

Tuan Edward sudah mengumpulkan beberapa orang pria termasuk dirinya dan juga Dion. Mereka akan berangkat setelah hujan reda. Selena memaksa ingin ikut. Namun, tidak ada yang mengizinkan perempuan untuk ikut. Alhasil, Selena harus menunggu bersama Florence dan Lulu. Itu bagus bagi Florence. Tapi tidak bagi Selena. Ia sudah lama penasaran dengan Hutan Kegelapan.

Florence benar-benar merasa tidak suka dengan Selena. Gadis itu terus menebar pesona sedari kemarin. Seperti sekarang contohnya. Selena terus merengek agar ia diizinkan ikut. Florence menatap Selena dengan tatapan tidak suka. Tapi sepertinya Selena ingin membuatnya tampak jahat dengan senyuman manisnya. Florence akui Selena dapat masuk dalam golongan manusia paling menyebalkan yang pernah ia temui.

Risi, Florence pun melepas lipatan tangan di dada. Kemudian berlalu masuk ke kamar. Drama yang sungguh tidak menarik untuknya. Dan sialnya, gadis Elf itu malah ikut masuk ke kamar.

Tak lama kemudian Arthur datang. Florence menebak, Selena masuk karena ingin cari perhatian dengan Arthur. Selena pasti tahu Arthur akan masuk ke kamar. Apalagi Arthur merupakan seorang pangeran. Gadis-gadis di desa ini pasti ingin dekat-dekat dengan pangeran.

"Kami akan pergi sekarang," pamit Arthur. Ia berdiri di hadapan Florence yang duduk di tepi ranjang.

Pemuda itu sudah memakai pakaian hangat dan sepatu. Tak lupa dengan pedang terbalut sarung di pinggangnya. Arthur tampaknya sudah sangat siap menghadapi bahaya di Hutan Kegelapan. "Jangan pergi kemanapun. Kami akan pulang secepatnya. Jika kau butuh sesuatu, minta saja pada Selena."

Hanya anggukan yang Florence berikan. Gadis itu bahkan enggan menatap Arthur berlama-lama. Ia lebih tertarik memandangi lantai yang tidak ada apa-apanya. Arthur sudah mirip seperti seorang ibu yang akan meninggalkan anaknya sendirian.

Sedangkan Selena yang bersandar di lemari sudah memasang raut khawatir. "Jaga diri kalian baik-baik. Sayang sekali aku tidak dapat menemani kalian," kata Selena dengan nada khawatir dan lembut.

The Lost Castle [END]Where stories live. Discover now