𝟷𝟸. 𝙰 𝚆𝚛𝚘𝚗𝚐 𝙶𝚞𝚎𝚜𝚜

330 100 0
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Guncangan yang bertambah kuat serta menapaki emas-emas yang tidak rata tinggi rendahnya ditambah dengan kelelahan membuat Arthur kembali terjatuh. Ular-ular emas yang semula hanya tersisa sekitar tiga ekor kini bertambah lagi. Bahkan Arthur nyaris dipatuk kalau saja ia tidak secepatnya bangun. Akibatnya, ia tertinggal saat Arthur dan Florence—yang menggendong Lulu—sudah berhasil keluar.

Axel yang melihat kejadian itu masuk kembali tanpa menunggu dan berpikir lebih lama. Membantu Arthur keluar sambil menyingkirkan ular-ular yang menghalangi jalannya. Sedikit lagi mereka berhasil keluar. Namun, mereka sudah kelelahan.

Wajah Florence masih penuh ketegangan. Pucat pasi, tanpa warna. Ia pun berinisiatif untuk mengambil senjata milik mereka. Dan, yang berhasil ia dapatkan hanya pisau kecil milik Axel yang diberikan oleh Arthur saat pertemuan pertama mereka.

"Axel, ambil ini!" ujar Florence lalu melemparkan pisau itu kepada Axel yang sudah siap menangkapnya.

Lulu masih digendongnya. Tidak ia lepaskan sama sekali. Anjing itu pun masih ketakutan. Tubuhnya masih gemetar seperti tadi. Axel dan Arthur benar-benar kewalahan. Mereka lelah melawan ular yang tak ada habisnya.

"Axel, di belakangmu!" Florence berteriak.  Satu-satunya ular yang tersisa dan nyaris mematuk Axel. Untuk kali ini, Florence tidak merasa menyesal karena telah berteriak.

Malam tiba lagi. Mereka memutuskan untuk bermalam di tepi sungai. Memandikan Lulu yang belum sempat mereka mandikan sedari kemarin. Lalu menangkap ikan untuk makan malam. Kemudian lanjut berdiskusi setelah selesai. Duduk mengelilingi api unggun seperti biasa.

Petunjuk kedua ini membuat mereka agak bingung. Dugaan awal mereka adalah gunung berapi. Namun, saat sampai dan berkeliling kemarin, mereka belum melihat adanya gunung berapi.

"Tempat tinggi namun dalam ...." Axel mengulang-ulang kalimat itu. Terhitung sudah lima kali ia melakukannya. Namun, belum juga ia paham. Sedangkan Arthur dan Florence masih diam. Berpikir tanpa suara. Lulu sibuk bermain dengan kunang-kunang. Seandainya Lulu adalah manusia, pasti mereka akan mendapat otak tambahan untuk ikut berpikir.

"Memangnya, apa lagi kalau bukan gunung berapi?" Arthur tidak merasa ada jawab lain yang benar selain gunung berapi. "Apalagi petunjuk ini mengatakan tentang api." Mata Arthur kembali ke bukunya. Dengan penerangan seadanya—dari api unggun—ia membaca buku itu berulang-ulang.

"Begini saja, besok kita cari gunung itu. Jika memang tidak ada ... atau bukan itu jawabannya, kita pikirkan lagi nanti." Axel mengusulkan.

Jika kemarin Florence bangun paling awal. Kali ini, Axel dan Arthur yang paling pertama bangun. Mereka terbangun nyaris bersamaan. Hanya kebetulan saja. Kebetulan juga mereka sangat penasaran hingga tidur pun tidak nyenyak. Padahal, mereka sudah sangat kelelahan kemarin.

The Lost Castle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang