𝟶𝟻. 𝙿𝚛𝚒𝚗𝚌𝚎

481 141 0
                                    

≪•◦ ❈ ◦•≫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Detak jantung Florence dan Axel kini berkali-kali lebih cepat dari keadaan normal. Bahkan mereka bisa mendengar suara dari balik dada mereka sendiri. Mereka masih bersembunyi. Menunda niat untuk berbaur ke jalanan.

Orang-orang berpakaian seperti prajurit kerajaan datang dan bertindak kasar kepada para penduduk. Mereka tampak sedang menagih sesuatu. Ini tetap saja gawat. Sekali pun mereka sudah mencuri pakaian dan menyamar, tetap saja cukup menegangkan jika harus keluar dari persembunyian. Florence dan Axel tidak mau mati konyol. Sekesal apa pun mereka akan kehidupan mereka saat ini, mati konyol itu benar-benar memalukan.

"Sebenarnya kita ini ada di mana? Mengapa banyak sekali orang-orang berpakaian aneh di sini? Mereka sedang syuting film atau apa?" bisik Axel sambil sesekali mengintip dari balik pohon besar yang tumbuh di sebelah rumah tempat mereka mencuri.

"Mana aku tahu! Lebih baik kau berhenti bertanya sebelum kesabaranku habis." Axel tidak bisa terus diabaikan. Mulutnya akan terus bicara jika tidak mendapat jawaban. Hal itu berpotensi membuat Florence mengamuk dan mengantarkan mereka kepada bahaya besar.

"Ternyata kau bisa bicara cukup panjang juga." Axel bertingkah seolah-olah ia takjub. Ia memandang Florence sambil meggeleng pelan. Dan, Florence mengartikannya sebagai ejekan.

Melalui penglihatan Florence dan Axel, para penduduk itu tampak ketakutan. Wajah mereka menunjukkan bahwa mereka memberikan apa yang mereka punya dengan berat hati. Sepertinya, mereka dipaksa untuk membayar pajak dengan harga tinggi. Karena, Florence melihat orang-orang berpakaian seperti prajurit itu mengambil beberapa keping emas dari satu per satu rumah.

Satu hal yang baru mereka sadari, para prajurit itu semakin dekat dengan mereka. Hanya tersisa beberapa rumah lagi sebelum akhirnya datang ke tempat Florence dan Axel bersembunyi.

"Kita harus pergi dari sini."

"Tidak. Mereka bisa melihat kita keluar dari sini." Florence tidak ingin disangka seorang pencuri karena orang-orang masih cukup ramai di jalanan dekat rumah tempat mereka bersembunyi.

"Lalu kita harus apa? Menunggu sampai mereka semua pergi? Itu terlalu lama." Axel memandangi satu per satu objek di sana. "Kita bisa keluar dengan sembunyi-sembunyi."

Pintu rumah itu tampak tertutup. Tidak ada suara berisik di dalamnya. Sepertinya cukup aman untuk diam-diam keluar. "Kita tunggu sampai cukup sepi."

Florence ikut saja kali ini. Malas berkomentar lagi, sekaligus agak pasrah dengan nasibnya. Walau tetap saja ia tidak ingin mati konyol. Tapi, jika sudah terlanjur, ya sudah.

Tidak sampai tiga menit berlalu, jalanan di depan rumah itu benar-benar sepi. Pelan-pelan Florence dan Axel keluar. Sebelum melewati pagar yang terbuka, mereka tidak berdiri tegap sama sekali. Bahkan mereka merangkak, sebab pagar itu tidak terlalu tinggi. Mereka berhenti sejenak setelah sampai tepat beberapa senti di balik pagar. Florence akan mengawasi rumah, sedangkan Axel mengawasi jalanan. Aman, mereka bisa keluar dan berjalan dengan normal sekarang.

The Lost Castle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang