35 - Dejavuu

804 129 3
                                    

Jungkook membawaku pergi kesebuah tempat terpencil yang jauh dari Seoul bahkan jauh dari perkotaan. Aku tak bisa berpikir apapun dan hanya bisa memandangi tangannya yang dipenuhi dengan urat-urat lengkap dengan tattoonya yang menutupi seluruh lengan kanannya.

"Apa semua arti tattoo itu?" tanyaku penasaran. Ia menoleh kearahku dan melihat sekilas lengannya, "Ini? Banyak artinya, jika kau mau mendengarnya, kau akan mendengarnya semalam suntuk bersamaku. Kau mau?" ujarnya sambil sedikit tertawa.

"Kau tau? i can do it all day, i'd love to hear about it."

"Baiklah, aku senang mendengar aksenmu itu. Coba katakan apapun, aku akan mendengarnya semalaman." ucapnya sambil sedikit menoleh kearahku.

Rasanya seperti sudah mengenalnya sejak lama, aku bisa membicarakan apapun dengannya. Kami juga punya selera humor yang sama, entahlah apakah ini hanya perasaanku saja atau aku.. mulai menyukai pria ini.

Chaeyoung-ah.. apa yang kau pikirkan?

Beberapa menit kemudian, kami sampai di kabin tua yang sepertinya aku sangat mengenal tempat ini. Kabin ini memberikan sepercik kenangan dipikiranku, yang memikirkannya saja membuatku sakit kepala. "Jungkook.. i think i've been here before, aku sepertinya pernah kesini." ujarku.

"Dejavu?" tanya Jungkook sambil meraih tanganku dan menuntunku masuk ke kabin itu. "Mungkin.. sepertinya aku bermimpi." jawabnya.

Saat kami memasuki kabin itu, pikiranku benar-benar kacau. Aku pikir itu bukan dejavu tapi aku benar-benar ada disini, aku pernah kesini. Sungguh, kepalaku seperti mau pecah. "Hey, kepalaku benar-benar sakit.." gumamku sambil bersender di bahu Jungkook dengan tanganku.\

"Kau mau pulang? aku antar kau pulang sekarang.." jawabnya. Aku hanya butuh air putih dan memejamkan mataku sejenak. "Aku akan duduk sebentar.."

Aku melihat Jungkook dimemori itu, aku yakin itu dia. Tapi jika memang aku pernah kesini bersama Jungkook, kenapa aku tidak memiliki memori itu dipikiranku? Kenapa juga ia tidak bilang padaku bahwa ia mengenalku? kali ini aku benar-benar bingung.

"Kau yakin tidak mau pulang?" tanya Jungkook sekali lagi. "Tidak, kau sudah capek menyetir kesini, dan tempat ini sangat jauh. Ini sudah malam, terlalu bahaya." balasku sambil memejamkan mata.

"Kalau begitu aku akan membereskan kamar tidur, kau bisa tunggu disini sebentar." ucap Jungkook.

"Jungkook-ah kajima.." ucapku lemas, Ia memandangiku dengan penuh kekhawatiran.

Ia menatapku dengan tatapan itu lagi, seperti aku sudah biasa melihat memandangan itu. Aku sangat menikmatinya, kau tau seperti kau berasa di atas awan dengan langit yang biru, kau bisa merasakan kupu-kupu yang ada di perutmu. Kau juga bisa merasakan bagaimana pipimu memerah karena tubuhmu terlalu panas padahal cuaca sedang dingin-dinginnya.

Itulah yang kurasakan saat bersamanya, Jungkook sangat hangat, entahlah tapi aku bisa merasakan kehangatan itu lewat matanya. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil meraih kedua pipiku dengan tangannya yang lembut.

"I'm okay, thankyou for asking." jawabku. Ia menyenderkan kepalanya tepat ditanganku, "Bolehkah aku memelukmu? hanya sekali? mungkin.. dua?" ucapnya.

"Boleh, tapi.. kenapa?", Jungkook tiba-tiba memelukku dengan cepat, aku cukup terkejut dengan tindakan ini. "Aku hanya ingin memelukmu sebentar, hanya sebentar. Tolong jangan bergerak, aku mohon sebentar saja." ucapnya tepat di telingaku.

Baiklah, keadaan semakin aneh. Ada apa dengannya?

Mungkin ini hanya perasaan sesaat tapi ini sangat nyaman, pelukannya membuatku jatuh terus kedalam perasaan itu.

We Meet AgainWhere stories live. Discover now