1 - New Place, New Job

5K 407 17
                                    

Matahari memasuki sela sela jendela kamarku, tubuhku terasa lebih segar dari kemarin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari memasuki sela sela jendela kamarku, tubuhku terasa lebih segar dari kemarin. Kepindahanku ke Seoul membuat kaki dan tanganku terasa sakit, butuh seminggu untuk membereskan dan membongkar barang-barang dari tumpukan kardus.

Udara Seoul lebih berdebu dibandingkan Busan. Tapi sungguh aku menyukai tempat tinggalku yang baru. Dan terlebih lagi, tubuhku terasa enggan bangun dari tempat tidur.

Tapi hari ini hari pertama untukku mencari pekerjaan, meskipun agak terlambat aku tak boleh menyianyiakan waktuku lagi.

Semua ini terasa cepat dan memang tiba-tiba terjadi, karena appa yang sudah susah untuk menghidupi kami karena ia terpaksa di PHK oleh perusahaannya. Tak ada yang mau nemerimanya bekerja karena ia sudah tidak di usia produktif lagi.

Hari itu, aku menangis semalaman melihat appa duduk di ruang tamu. Meneguk segelas soju, menundukkan wajahnya, bersama eomma sebelah appa sambil memeluknya erat.

Saat itu, aku bertekad untuk pindah ke Seoul mencari pengalaman dan pekerjaan baru.

Siangnya aku pergi ke sebuah bar, mereka membutuhkan pekerja sambilan untuk night shift.

Apa boleh buat, ini satu satunya pekerjaan dengan bayaran tinggi. Aku harus menerima pekerjaan itu.

"Baiklah, Pak. Aku akan datang malam ini."

"Jangan terlambat ya! Jam 7 tepat dan berakhir jam 2 pagi."

Hffft.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang saat keluar dari bar itu.

Diperjalanan pulang, aku lupa bahwa hari ini aku memiliki janji untuk bertemu sahabat lamaku, Kim Hyerin.

Aku putuskan untuk memutar arah dan pergi menemui Hyerin di sebuah cafe di daerah Gangnam.

Sesampainya di sana, aku memesan americano dingin sambil melihat pemandangan Gangnam.

Tiba-tiba, handphoneku berbunyi.

Oh! Ini hyerin.

"Halo? Kau dimana?"

"Aku di depan cafe, kau dimana?" ujarnya dengan nada riang gembira.

"Masuk saja, aku sudah di dalam."

"Eoh, baiklah. Tunggu aku."

Kemudian aku melihatnya masuk menghampiriku yang duduk di pojok dekat jendela.

Kami sama sama tersenyum.

We Meet AgainWhere stories live. Discover now