Part 44

26.3K 1.8K 206
                                    

HAPPY READING


Keisya memandang atap putih yang jelas ia tidak mengenali dimana ia berada, bau ruangan tempat ini bau obat-obatan. Rumah sakit, Keisya langsung berpikir kesitu.

Maniknya menatap kesana-kemari, tidak ada satu orang pun yang menemani nya di ruangan serba putih ini. Wanita itu meringis merasa sakit di bagian perut, diraba lah perutnya. Seperti ada yang aneh, perutnya terasa... datar. Tidak meruncing ke depan. Pertanyaan nya hanya satu, calon anaknya kemana?

Seketika teringat insiden perutnya terbentur mobil saat ingin pergi ke Mall. Keisya meremas sprei sembari menangis. Apakah bayinya masih bisa diselamatkan? Kalau bisa, Keisya mau melihat anaknya. Meminta maaf pada bayi malang itu karena gagal menjaganya.

"Huwaaaa... maafin Mami kamu ini ya nak,"

"Kamu dimana sekarang?" Keisya bermonolog dengan tatapan kosong.

"Dimana anak ku?!" Keisya memberontak melepaskan selang infus. Sedetik kemudian ia mengerang kesakitan. "Argghh!" Secara bayi Keisya baru dikeluarkan, jelas masih sakit lah perutnya.

Kenan datang dari luar, nafasnya memburu. Cowok itu habis makan di kantin rumah sakit, sepulang dari coffeshop Kenan belum sempat makan.

"Sayang... tenang ya. Ikhlasin," Kenan langsung memeluk dan mengelus punggung Keisya.

Keisya hanya diam tidak membalas rengkuhan Kenan. "Ikhlasin apa maksud kamu? Hiks..."

"Ssttt... berhenti ya nangisnya, jangan kayak gini aku jadi makin bersalah sama kamu," Kenan ikut menitikkan air mata di cerukkan leher Keisya.

"Gak tenang aku, Kenan. Anak aku mana? Aku mau liat dia."

Hening.

"Hiks- Kenan jawab aku dimana dia?" Keisya menggoncangkan tubuh Kenan geram akibat suaminya tak kunjung menjawab keberadaan anaknya.

Kenan menatap dalam kedua mata Keisya.

"Kamu kenapa ikutan nangis?"

"Janji bakal maafin aku?"

"Maafin apa? Anak kita mana? Aku mau-"

"Anak kita udah gak ada." papar Kenan, dadanya nyeri begitu mengatakan kalimat itu.

Deg.

Tubuh Keisya melemas, hatinya nyeri seperti disayat pisau belati. Air matanya semakin mengucur deras. Kenyataan terpahit dalam hidup Keisya.

"Sayang hiks... please maafin aku. Sendainya-"

Plak!

Tamparan keras dilayangkan pada pipi Kenan. "Kamu gak ada bedanya sama pembunuh." kata Keisya dingin. "Aku yang mengandung dia, Ken. Aku yang bawa dia kemana-mana selama tujuh bulan ini. Tiba-tiba apa? Dia pergi hiks. Kamu tau gak betapa senengnya aku ketika baby nendang perut aku, sekarang udah gak bisa ngerasain itu lagi Ken. Dia udah gak ada. Aku benci kamu." diakhir kata Keisya berujar penuh penekanan.

"Keisya aku mohon maafin aku, nanti kita buat lagi ya,"

Seenak kata Kenan bilang buat lagi. "Gampang banget ya suruh buat lagi. Hamil aku kemarin jadi yang terakhir aku hamil anak kamu. Aku mau kita pisah, gak bisa aku tinggal sama pembunuh anakku sendiri,"

KEINAN [END]Where stories live. Discover now