Part 54

23.9K 1.8K 149
                                    

Happy Reading

Kenan menangkring di motornya menunggu ojol makanan datang. Beberapa kali ia melirik jam di ponsel, terhitung hampir satu jam Kenan menunggu.

"Ah elah, lama banget." keluhnya mulai bosan, yang ada pas Kenan sampai, Keisya malah tidur.

Rupanya umpatan Kenan di dengar oleh satpam yang berjaga. "Nungguin siapa, Mas?"

"Nunggu ojol, lagi beli makanan." jawab Kenan.

"Mas mantunya Pak Cakra, kan? Mending Mas ke rumah Pak Cakra aja, nanti pesanan ojol nya saya anterin ke rumah,"

"Saya aja Pak, makasih," tolak Kenan halus.

"Mau kopi sama rokok?" tawar Satpam daripada Mas nya itu bosan.

Tidak. Kenan tidak boleh tergoda oleh tembakau itu, apalagi setelah ini ia akan menemui sang istri, bisa tambah babak belur wajahnya. "Kopi aja Pak, biar gak suntuk,"

"Sebentar saya bikinin dulu—"

Tin

Tin

Seorang pria berjaket hijau membuka kaca helmnya. "Pak, bukain portalnya dong. Saya mau antar pesanan ke dalam komplek."

"Eh, Bang. Pesanan makanan atas nama Kenan bukan?" Kenan mencegat menghampiri driver tersebut.

Driver nya tampak membuka ponsel, memastikan penerima dari pesanan yang ia bawakan. "Iya betul, atas nama Kenan Ganteng Rupawan."

Kenan meraup wajahnya malu, lupa mengganti username akun. "Aishh, gak usah disebut lengkap juga. Ini saya Kenan, pembayarannya udah lewat uang elektronik yang di aplikasinya,"

"Iya betul. Nih makanan nya. Maaf lama, resto nya lagi sibuk dan rame banget,"

"Et bentar dulu, jadi gini saya mau pinjem motor sama jaket Abang. Saya mau ngasih makanan buat istri saya ke alamat yang tetera di pesanan. Saya sama istri lagi kena masalah, saya dilarang mertua ketemu istri. Plis bantuin saya ya? Masa Abang tega. Satu-satunya cara ketemu istri saya ya dengan cara ini. Mohon bantuannya, saya akan kasih tip kok tenang aja," Kenan menunduk sambil mengatupkan kedua tangan di dada.

"Hiks hiks,"

Kenapa mendadak suasana jadi horor akibat suara tangisan? Jangan-jangan ini suara nangis kuntilanak? Mana komplek sepi. Kenan perlahan mengangkat kepalanya, tidak disangka abang ojolnya yang nangis. "Kenapa nangis?"

"S-saya jadi rindu istri saya dikampung hiks. Saya tau gimana rasanya jadi Mas, gak bisa ketemu istri. Bedanya saya karena pekerjaan," Abang ojol mengelap air matanya larut sedih dengan cerita Kenan.

Tangan Kenan menepuk pundak Abang ojol berusaha menegarkan. "Sabar ya, kita lagi di posisi yang sama,"

"Sok atuh, saya udah gak sedih lagi, katanya mau pinjem motor. Nih jaketnya sekalian. Tip lancar ya? Buat susulin istri saya ke kampung Mas hehe...,"

Kenan menggelengkan kepala, lalu mengambil empat lembar pecahan lima puluh ribu untuk diberikan ke Abang ojol. "Walaupun gak seberapa, yang penting bisa buat nambahin ongkos ke kampung. Saya pinjem dulu ya motornya nanti dikembaliin."

Abang ojolnya mengecup singkat uang pemberian Kenan. "Cukup banget ini mah buat pulang kampung. Makasih ya Mas!"

Kenan mengangguk mulai menyetater motor. "Pak satpam kopinya buat Abang ojol aja, sekalian titip motor saya bentar ya."

Satpam itu mengacungkan jempol ke udara, lalu membukakan portal memberi akses masuk bagi Kenan.

"Hihiy, lumayan dua ratus ribu," Abang ojol itu mengipas-ngipaskan jajaran uang ke mukanya dengan raut girang.

KEINAN [END]Where stories live. Discover now