Part 50

29.7K 1.8K 204
                                    

HAPPY READING

Kenan terbangun pagi ini bukan karena suara tangisan Kale, tetapi karena suara osengan wajan dari dapur terdengar sampai kamar. Kenan menoleh kesamping tidak ada Keisya, dapat dipastikan istrinya itu lagi atraksi di dapur.

Dengan langkah sempoyongan setengah sadar, Kenan menghampiri Keisya. Begitu tiba di dapur, Kenan memeluk Keisya dari belakang sambil memejamkan mata mengumpulkan nyawa.

Keisya kaget sekaligus geli tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perutnya. "Udah bangun?"

Kepala Kenan semakin di cerukkan ke leher Keisya, menghirup dalam aroma gadis itu. "Heem, tumben masak?"

Memasukki masa pemulihan, Kenan tidak mengizinkan Keisya memasak. Kenan selalu beli makanan diluar, lalu dimakan bersama di apartemen bersama Keisya.

"Emang kenapa? Gak boleh? Kamu sebulan lebih jarang aku urusin. Sekarang mau berbakti lagi sama suami."

Kenan melepaskan pelukannya. "Darimana aja bu baru nyadar sekarang? Untung gak di urusin orang lain." Ia duduk di pantry menunggu Keisya masak.

"Ya maaf, aku jalan masih agak susah. Mau ngelakuin kegiatan biasanya tapi takut jahitan aku robek," aktivitas Keisya palingan mengurusi Kale yang ringan-ringan. Khawatir jika dirinya melakukan kegiatan berat, akan membuat jahitan bermasalah apalagi ngilunya itu.

"Aku juga minta maaf, aturan aku bisa ngertiin kamu." Gini nih, kalau sudah ketergantungan sama istri.

Keisya tersenyum mendengar ucapan Kenan. Ia menata ayam goreng mentega kesukaan Kenan ke piring.

"Bisa bawanya gak?" Kenan turun dari pantry lalu menggendong Keisya ala bridal style. Keisya panik,  ngeri piring di tangannya numplek. Gak lucu kan, Keisya rela bangun subuh.

"Pelan-pelan, ini piringnya goyang." Keisya panik memegangi piring, berusaha menjaga keseimbangan.

Sesampainya di meja makan, Kenan mendudukkan Keisya di kursi. Ia reflek memegangi pinggangnya. "Berat juga ya kamu."

"Aku gendut gitu maksud kamu? Ngomong aja langsung kalo aku gembrot, gak usah pake embel-embel 'berat juga ya kamu'." protes Keisya.

Kenan paham kenapa Keisya dari kemarin sensian dan gampang marah. Dokter Tya pernah memperingatinya biar Kenan berhati-hati, bahwa sebagian besar wanita yang baru melahirkan mengalami perubahan emosi dan muncul perasaan tidak suka.

"Gak gitu maksud aku sayang," bujuk Kenan menarik kursi mendekati Keisya.

"Terus apa?"

"Kamu gak gendut, tapi berisi. Body gitar Spanyol kalah sama kamu." Kenan mendusel memeluk pinggang Keisya. "Lagipula kalo kamu gendut, berarti kamu bahagia kan sama aku?"

Keisya mengangguk menyudahi keributan pagi ini.
"Makan nih, aku mau nge-cek Kale." Bisa saja ditinggal masak muka Kale belepotan bedak karena ditinggal berdua sama Kenan.

Kenan menahan tangan Keisya. "Suapin lah. Kale gak aku apa-apain kok, di segala sisi udah aku sangga bantal biar gak jatuh."

Istrinya kembali duduk membuat Kenan tersenyum . Akhirnya Kenan menang dari Kale, buktinya Keisya menurut.

"Buka mulut," titah Keisya ikut mangap, padahal yang disuapin Kenan.

Fyi, ujian nasional telah selesai beberapa hari lalu. Kelas 12 tidak wajib masuk ke sekolah, yang nilai nya belum tuntas saja yang masuk sekolah.

"Ken, duduk yang bener. Lagi makan juga." Keisya bergerak tak nyaman sebab Kenan terus menggelendoti di lengannya.

"Biarin kayak gini, aku sekarang jarang disayang kamu," adu Kenan melirih.

KEINAN [END]Where stories live. Discover now