247 DTLY: Pulang Bareng

27 13 0
                                    

Bagian 16: Pulang Bareng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 16: Pulang Bareng

Mata kuliah telah berakhir. Masing-masing kelas telah menampilkan penampilan terbaik untuk kelas opera musik. Satu persatu mahasiswa meninggalkan auditorium untuk mengikuti kelas selanjutnya bagi mereka yang masih ada kelas. Aluna bersiap meninggalkan auditorium bersama Johan sebelum Pak Ghana memanggilnya untuk mendekat.

"Aluna kemari sebentar"kata Pak Ghana

"Iya, ada apa Pak?"

"Latihan buat persiapan Cello Paulo masih aman?"tanya beliau dengan posturnya yang tinggi serta kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya, menatap Aluna dengan sedikit menunduk.

"Masih, lancar Pak"

"Kapan mulai penyeleksian di sini?"

"Bulan 3 kalau enggak di undur Pak"

Ghana mengangguk-anggukkan kepalanya paham, "Pastikan kamu lolos ya Aluna. Saya berharap sekali dari Indonesia perwakilannya kamu"

Aluna tersenyum lebar, "Baik Pak. Saya pastikan bisa lolos. Doain saya ya, Pak"

"Iya, saya doakan kamu yang berangkat. Saya suka semangat kamu"Ghana menepuk pundak Aluna pelan sembari memberikannya semangat. Lalu setelah itu ia pamit undur diri.

"Terima kasih, Pak"jawab Aluna dengan senyum merekah dari bibirnya.

Tak lama kemudian Aluna melangkahkan kakinya menuju pintu keluar Auditorium tempat Johan menunggunya ketika Aluna berbicara dengan Pak Ghana. Dalam langkahnya yang riang, Netra Aluna tanpa sengaja melihat Bharian yang keluar dari ruang peralatan. Tatapan mereka bertemu, namun tidak ada sapa maupun senyuman yang diberikan. Hanya sekian detik bertemu pandang dan Alunalah yang memutuskan kontak mata mereka lebih dulu. Namun tidak dengan Bharian. Laki-laki itu tetap menatap Aluna yang berjalan lurus menghampiri Johan dan berlalu bersama Johan menjauhi Auditorium.

Bharian menghela napas dalam. Melihat Aluna yang tampak berbeda sekarang, membuat rasa bersalahnya semakin besar. Lamunannya diinterupsi oleh getaran ponsel di saju jaketnya. Ia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya. Tidak ingin mengangkat panggilan dari orang tersebut, ia pun membiarkan ponselnya tetap menyala hingga getaran itu mati dengan sendirinya.

Menutup pintu ruang peralatan, Bharian pun juga pergi meninggalkan Auditorium dengan langkah berat.

🎻⚽⚽🎻

"Bicarain apa tadi sama Bari?"tanya Johan ketika mereka sedang makan siang di kantin setelah jam mata kuliah kedua usai.

"Aluna ngobrol lagi sama Bang Bari?"kali ini pertanyaan dilontarkan dari Nadia yang turut bergabung juga bersama mereka siang ini.

"Kok tau sih tadi ngobrol sama Bang Bari?"alih-alih menjawab, Aluna malah mengajukan pertanyaan balik dengan nada sewot.

"Taulah, sengaja banget bicaranya sampe mojok gitu. Biar di notice anak-anak ya?"

247 Days To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang