PART 11

3.1K 578 174
                                    




_


_

_

Patah hati terdalam seorang perempuan adalah mati rasa.

Ungkapan yang paling cocok buat Yuri saat ini. Tidak ada seseorang yang mampu memasuki hatinya semenjak Taehyung meninggalkannya, tapi Je mampu memasukinya dengan mudah. Sama seperti sebelumnya. Karena sejatinya, tidak akan ada yang bisa masuk kedalam hati jika masih ada nama yang tersimpan indah didalamnya.

Pagi ini, Yuri terbangun dengan demam tinggi pada tubuhnya. Suaranya serak, kepalanya pusing, kerongkongannya sakit dan tenaganya lemah. Yuri membenci kenyataan bahwa dirinya masih terjerat dalam rasa dimasa lalu, dan dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa tadi malam adalah tangisan terakhirnya.

Hyeji tiba-tiba saja membuka pintu kamar Yuri, berlari menaiki ranjang dengan seragam sekolahnya. "Bibi Hong bilang mommy sakit, makanya tidak bisa memandikan Hyeji." Hyeji meletakan punggung tangannya pada kening Yuri, "mommy panas sekali, apa Ji panggilkan daddy saja?"

Yuri mengambil tangan Hyeji dari keningnya kemudian menggelengkan kepala. "Tidak Ji. Mommy baik-baik saja, hanya perlu istrahat. Maafkan mommy karena tidak bisa mengantar Hyeji hari ini ya sayang?"

Hyeji mengangguk, "tidak apa-apa mommy. Hyeji bisa pergi bersama supir atau daddy. Mommy bisa beristirahat. Cepat sembuh. Ji sedih melihat mommy sakit." Katanya sendu.

Yuri mengusap tangan Hyeji lembut. "Terimakasih sayang. Mommy mencintaimu."

"Ji. Kita berangkat sekarang?"

Suara Je mampu merebut atensi keduanya. Je cukup terkejut dengan wajah pucat Yuri, bibir gadis itu kering, dan matanya begitu sayu.

"Mommy sakit daddy. Badannya panas." Hyeji hampir saja menangis mengatakannya.

Yuri membuang muka dari Je, kembali mentap Yuri dan mengusap rambut gadis kecil itu. "Tidak apa-apa sayang. Mommy baik-baik saja. Ji harus berangkat, nanti terlambat. Daddy sudah menunggu."

Yuri sengaja ingin Je pergi dari kamarnya dengan menyuruh Hyeji untuk membawa Je pergi dari sana. Hyeji menurut, gadis kecil itu mencium kening Yuri, "cepat sembuh mommy, biasanya daddy akan mencium kening Hyeji jika Ji sakit. Katanya mantra agar Ji sembuh. Semoga mantra Hyeji berlaku untuk mommy." Kata gadis kecil itu kemudian menuruni ranjang dan menjangkau tangan Je yang bebas.

"Ayo, kita pergi daddy." Ajaknya.

Je mengangguk, kemudian melangkah keluar kamar, menutup pintu kamar Yuri sembari menatap gadis itu yang enggan menatapnya. Je menarik napasnya dalam kemudian membawa Hyeji menuju mobilnya.

"Apa daddy bertengkar dengan mommy?"

Je terkejut. Dia mengusap kepala Hyeji, "tidak sayang. Kenapa Ji bisa berpikir seperti itu?"

Hyeji mengangkat bahunya sekilas, "tidak tahu. Tapi sikap mommy Yu tadi berbeda. Dia tidak mau melihat daddy, tidak ingin berbicara dengan daddy dan mommy seperti ingin menangis."

Je tersenyum tipis. "Tidak. Mungkin itu hanya perasaan Ji saja."

Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Je menggenggam tangan putrinya, matanya beralih keluar jendela tapi pikirannya melambung jauh. Supir yang berada didepan tiba-tiba saja berhenti ketika Hyeji sudah tiba di sekolahnya.

"Hyeji harus masuk kelas." Satu kecupan pada pipi Je diberikannya. "Semoga hari daddy menyenangkan, Ji titip mommy."

Gadis kecil itu langsung keluar dari mobil setelah mengatakan kalimat itu, berlari menuju kelasnya. Je hanya menggelengkan kepala. Kemudian supir sekaligus sekretaris pribadi tersebut melajukan mobilnya menuju kantor hingga tiba-tiba Je memerintahkan sang supir untuk berhenti.

'WISH' (E Book version)Where stories live. Discover now