PART 23

3.4K 512 51
                                    





_


_



_




_






Aku terbangun ketika merasa kerongkonganku kering. Mataku terbuka perlahan dan menemukan Quand yang terlelap tenang sembari memelukku.  Wajah tenangnya mampu membuatku mengukir senyum lebar, ujung hidungnya sedikit berminyak, mulutnya sedikit terbuka, dan itu lucu sekali.

Aku melihat kearah jam dinding— pukul tiga pagi. Saat aku ingin menjangkau air minum diatas meja, aku kesulitan karena tangan Quand yang masih memelukku. Perlahan aku mulai memindahkan tangan Quand yang melingkar pada pinggulku, tetapi Quand bereaksi cepat— dia menarikku, membuatku semakin dekat kearahnya.

Quand melingkarkan kakinya pada tubuhku, menyelipkan kepalanya pada perpotongan leherku hingga aku bisa merasakan hidungnya menyentuh kulitku secara langsung. Quand memelukku seperti guling.

"Quand, aku haus. Lepaskan dulu..."

Tubuh kami hanya dibalut oleh selimut tebal, pendingin ruangan juga semakin menusuk tulang. Mungkin Quand kedinginan dan itu sebabnya dia semakin mendekapku begitu erat. Belum lagi hidungnya selalu mengusak-usai leherku, rambutnya memberi sensasi geli saat menyentuh daguku.

"Quand..." panggilku lagi.

Suamiku tidak bergeming. Masih enggan melepaskan.

"Aku benar-benar haus..." rengekku.

Kali ini Quand mendengar, dia melonggarkan pelukannya. Aku tersenyum kemudian menarik sedikit selimut agar tidak membuat tubuh bagian atasku terekspos saat mengambil gelas diatas nakas.

Saat aku berbalik setelah selesai minum, aku terkejut saat menemukan Quand yang sudah membuka matanya— menatapku tanpa berkedip. "Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Sudah selesai minumnya?" Suaranya serak, dan aku suka.

Aku mengangguk.

Quand menarik tanganku lembut sehingga tubuhku kembali kedalam dekapannya. Dia menarik selimut agar menutupi bagian tubuh kami yang terbuka. Aku  tidak melakukan apapun, hanya menikmati sikap manis Quand memperlakukanku.

"Tidur lagi, kau pasti lelah." Satu kecupan Quand berikan pada keningku.

Aku tersenyum kemudian menyentuh hidungnya, "apa Quand akan selalu manis seperti ini setelah selesai bercinta?"

Quand tertawa—kemudian mengadu keningnya pelan dengan keningku, "mulutnya... bukankah sikapku selalu manis?"

Aku menggeleng kukuh tanda tidak setuju. "Tidak.tidak. Terkadang menyebalkan."

"Benarkah?"

"Hm. Kalau dalam mode menyebalkan rasanya wajah tampannya ingin dicakar."

Quand membelai rambutku.

"Aku juga tidak suka saat kau sering memerintah ini dan itu. Tidak suka saat membentak para pekerja dirumah atau dikantor,"

Quand masih asik dengan rambutku. Dia menyelipkan anak rambut yang menghalangi mataku kebelakang telinga.

"Tidak suka saat marah padaku. Matamu menakutkan. Kau juga sering menggertak dan membuat orang-orang takut,"

Quand hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tidak menjawab dan hanya menatapku yang bercerita perihal bagaimana buruknya perangainya saat berhubungan dengan emosinya yang meledak-ledak.

Quand tidak membantah, bibirnya sesekali mengulas senyum saat mendengar keluhanku ketika dia sering memarahiku. Dia juga sesekali tertawa saat aku bercerita bagaimana repotnya aku menghadapi tempramennya. Tangannya juga tidak berhenti mengelus rambutku dan kadang-kadang berpindah pada pipiku— mengusap-usapnya dengan ibu jari.

'WISH' (E Book version)Where stories live. Discover now