PART 22

4K 560 190
                                    





_





_





_




_



Aku menegang kaku, tidak tahu ingin berkata apa. Mata Quand membuatku merasa dibawa kedalam perasaanku sendiri, pertama kalinya untukku dan Quand memintanya. Telapak tanganku tiba-tiba berkeringat.

Tubuhku juga memanas, kumpulan darah serasa berkumpul pada satu titik, terutama dibagian pipi. Belum lagi debaran jantungku yang menggila, seperti mengikuti ritme getaran yang Quand sampaikan walau hanya dengan sebuah kalimat.

"Yuri, bolehkah?" Tanyanya lagi.

Waktu seperti berhenti. Aku tidak bisa mengatakan apapun selain mengangguk malu. Ya ampun, ini pertamaku dan aku tidak tahu akan segugup ini.

Senyum Quand mengembang. Perlahan dirinya mulai memasuki wilayah kamarku, menutup pintu dan kemudian berjalan mendekat hingga jarak kami terkikis. Sangat dekat, sampai aku bisa merasakan aroma napasnya yang menyegarkan.

Aku mengikuti Quand ketika dia menuntun tanganku menyentuh dadanya, "kau merasakannya? Jantungku berdebar kencang. Dan itu karenamu." Suaranya serak.

Aku mendongak, menatap Quand yang mengunci tatapanku. Senyum Quand tersemat lagi, malam ini dia begitu banyak tersenyum untukku. Aku tekankan lagi, senyum itu untukku.

Aku tidak berbohong, rasanya ingin menangis saat aku merasakan jantung Quand yang berdetak begitu cepat dan itu karenaku. Quand kemudian menangkup wajahku, mengelus pipiku menggunakan ibu jarinya begitu lembut dan hangat hingga aku tidak sadar memejamkan mata karena begitu nyaman.

"Yuri, kau cantik sekali."

Aku membuka mataku ketika kalimat pujian yang Quand berikan aku terima. Malam ini, Quand benar-benar berbeda. Aku membiarkan Quand mendekat, semakin mengikis jarak hingga bibirnya menempel tepat diatas bibirku. Pelan namun begitu dalam. Aku tahu Quand melakukannya selembut mungkin, memperlakukanku begitu berharga.

Lengan kirinya menarik diriku semakin dekat hingga sekarang aku berada dalam dekapannya. Tangan kananya menekan tengkuk ku pelan, setelah itu bibirnya mulai bergerak diatas bibirku. Tanganku masih berada didadanya, aku menyukai saat detak jantungnya semakin cepat ketika bibirnya bergerak bebas diatas bibirku.

Ini kesekian kalinya dia menciumku. Namun ini berbeda, aku bisa merasakannya. Quand melangkah, menuntunku untuk berjalan mundur tanpa melepaskan tautan. Aku tidak keberatan saat jemarinya menyusuri punggungku, membantuku melepaskan luaran piyama yang aku gunakan dan membiarkannya tergeletak dilantai.

Sandal tidur yang aku gunakan ku lepas saat tumit kakiku menyentuh sisi ranjang. Quand menuntunku untuk berbaring, ciuman kami belum lepas sama sekali, malah semakin panas. Kepalaku berada diatas bantal, tubuh Quand yang besar mengukungku dibawahnya.

Napas kami beradu, Quand memberikan afeksi yang membuat tubuhku serasa diserang oleh banyak sengatan listrik. Kubiarkan Quand mengecup bibirku sesuka hatinya, melumat bibir bawahku dan atas secara bergantian, memiringkan kepala ke kanan-kiri hanya untuk meraup bibirku penuh, menenggelamkan seluruhnya didalam mulutnya yang hangat.

Selagi ciuman berlangsung, aku bisa merasakan bahwa Quand kesulitan untuk membuka kancing kemejanya. Dorongan libido ku menuntun tanganku untuk membantunya melepaskan kancingnya satu persatu, membukanya hingga kemeja Quand tanggal dan langsung melemparnya ke sembarang arah. Aku tahu Quand tersenyum diatas bibirku.

Quand sengaja menggigit bibir bawahku hingga aku meringis. Sialnya, saat ringisanku keluar ada desahan didalamnya, aku merasakan Quand tersenyum lagi. Lidahnya mengajak lidahku bertaut, tangannya menarik piyama yang aku gunakan hingga aku mendengar beberapa kancingnya terlepas dan bergulir dilantai. Quand panas sekali.

'WISH' (E Book version)Where stories live. Discover now