PART 6

3.4K 544 124
                                    




_



_







"Bukankah kelas Hyeji akan segera berakhir, jam berapa kau menjemputnya?"

Yuri menatap sekilas pada sang ibu yang sedang asik mengocok telur di dalam wadah. Pagi tadi, setelah dirinya selesai mengantar Hyeji menuju sekolah bukannya pulang kerumah Yuri memilih untuk mengunjungi ibunya. Setelah kejadian yang terjadi dua hari yang lalu, Hyeji sering diantar Yuri dan setelah kelas berakhir Yuri akan menjemputnya. Yuri khawatir jika Hyeji akan mengalami hal yang serupa seperti beberapa hari yang lalu.

"Satu jam lagi bu." Kata Yuri sembari melihat jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangannya. "Sekolah Hyeji dekat dari sini, aku akan pergi beberapa menit lagi. Ibu tidak perlu mengusirku seperti itu."

Ibu Yuri mendecak. "Bukan seperti itu. Kau tahu Je itu selalu khawatir dengan keadaan Hyeji. Ibu hanya takut terjadi apa-apa pada Hyeji jika kau terlambat menjemputnya." Lanjut sang ibu.

Yuri melatakkan majalah yang tadi dibacanya, mendekat kearah ibunya dan berdiri tepat disamping wanita itu. "Bu..., aku tahu itu. Hyeji juga berarti untukku, bagaimanapun juga dia putriku bu. Khawatirnya Quand mungkin tidak jauh berbeda dengan rasa khawatir ku." Jawab Yuri sembari mengambil kacang polong yang berada di atas masakan sang ibu lalu memakannya.

Ibu Yuri menaikkan alis, "Quand?" Tanyanya kebingungan. "Kau memanggil suamimu seperti itu? Kenapa terdengar seperti orang asing?" Kim Nami yang merupakan ibu dari Yuri menepuk bokong putrinya.

Yuri terkekeh. "Itu panggilan sayang bu, bukankah terdengar bagus. Kami seperti orang asing. Kami tidak harus mencampuri urusan masing-masing—Akh.. aduh bu, kenapa menarik telingaku. Sakit." Keluh Yuri karena sang ibu tiba-tiba menarik telinganya.

Nami melotot tajam. "Rasakan anak nakal! Dia suamimu. Harusnya kalian itu saling mengenal Yuri. Kau tidak tahu orang-orang akan sangat bahagia jika menjadi istri dari seorang Je Key Quand. Kau tidak tahu seberapa banyak orang ingin menggantikan posisimu." Nami berkacak pinggang, kemudian memukul jidat Yuri sekilas, Yuri kembali meringis lagi.

"Sakit bu!"

"Jika awal pernikahan seperti ini, harusnya kau selalu bersama suamimu. Bukan berkunjung kerumah ibu seperti ini, kau ingin para tetangga mengatakan bahwa kau telah diusir dari rumah suamimu." Nami mendengus kesal, "pasangan yang baru menikah itu akan merasakan bahwa dunia serasa milik berdua, kotoran bahkan terasa seperti coklat!" Teriak sang ibu kelewat kesal.

Yuri terkejut hingga sontak memundurkan langkah dengan bahu terangkat. Ekspresi ibunya membuatnya takut, sorot mata sang ibu, dan nafasnya yang tidak beraturan adalah sebuah tanda bahwa sang ibu sedang menahan emosi.

"Ibu..., itu hanya terjadi untuk pasangan yang memang saling jatuh cinta. Ibu lihat aku dan Quand, kami seperti memaksa untuk masuk dalam hubungan ini, kalau seperti ini kami yang merasa bahwa dunia bukan milik kami bu, dan bahkan jika keadaannya seperti ini— coklat yang terasa seperti kotoran."

"Han Yuri!" Bentak Nami lagi. "Kenapa kau selalu membangkang, hentikan sikap menyebalkanmu itu! Setidaknya kau harus seperti Yura, paling tidak bersikap anggun dan penurutlah seperti dirinya!"

Yuri terdiam. Nami yang menyadari perubahan ekspresi Yuri tiba-tiba merasa bersalah, sadar akan ucapannya. Yuri tahu dirinya berbeda dengan saudara kembarnya, dia tahu bahwa dirinya kalah jauh. Mereka berbeda, walau wajah mereka hampir mirip sembilan puluh persen— tapi Yuri adalah Yuri dan sampai kapanpun dia tidak akan bisa menjadi Yura.

"Yu..." panggil sang ibu lembut merasa bersalah.

"Kami tidak bisa sama bu. Aku dan Yura berbeda." Yuri memaksakan senyum, "Hyeji akan pulang. Aku harus menjemputnya. Permisi bu."














'WISH' (E Book version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang