#22. Ilusi Misterius..

142 27 2
                                    

Sampainya di perbatasan arah keluar dari ibu kota Xunmeng, semua murid mengucapkan selamat tinggal dengan kelompok lainnya dan berpencar menuju desa yang akan mereka tuju.

Selama perjalanan, Anming melirik Li heeng yang terlihat asik menikmati sebotol arak di tangannya. Hal itu membuat Anming sedikit tidak suka, lalu merebut arak di genggaman Li heeng tersebut.

"Eh!! apa yang kau lakukan?" ucap Li heeng terkejut.

"Selalu saja minum arak, tak ada hentinya kau suka dengan minuman semacam ini" ujar Anming.

"Haih.. Anming! berhenti bersikap menyebalkan!" ujar Li heeng, lalu langkah Anming terhenti sambil menggenggam tangan Li heeng. Yang lainnya terus saja berjalan lalu geleng kepala melihat tingkah mereka berdua. Anming dan Li heeng nampak saling berdebat lewat tatapan mata yang saling menatap tajam tanpa berkedip.

"Berhenti bertengkar, kalian seperti dua bocah saja" tegur Wuyao. Sedangkan Lin lin mengerutkan dahinya dan nampak kesal.

"Ayo jalan" ucap Anming menggandeng tangannya, sedangkan Li heeng memalingkan wajahnya karena kesal. Tangan Anming selalu saja jahil dengan mengangkat rambut Li heeng yang terikat rapi. Ia menjadikan rambut Li heeng tersebut seperti buntut kuda. Li heeng geram dan menangkap tangannya itu.

"Kubilang berhenti! menyebalkan!" ketus Li heeng cemberut. Anming tertawa lalu memberikan kembali arak itu padanya.

"Nah! aku tidak sanggup melihatmu marah begitu" ucap Anming. Li heeng mengambil arak itu dengan ranggas dan berjalan cepat untuk menjauh darinya. Anming benar-benar gemas dengan Li heeng bahkan sampai mencubit pipinya sendiri sebagai pelampiasan karena kebucinanya.

Tak terasa sore hari tiba, kelompok Anming tersebut terus melakukan perjalanan dan akhirnya tiba di salah satu desa kecil, namun desa tersebut terlihat ramai layaknya kota karena penduduknya yang cukup padat. Karena hari hampir menjelang senja dan mereka tak kunjung sampai ke dermaga, mereka berenam memutuskan untuk mencari penginapan sementara dan akan melanjutkan perjalanan esok hari. Anming dan Li heeng menghampiri satu-persatu rumah penduduk di sana dan akhirnya menemukan salah satu penduduk yang bersedia memberikan tumpangan.
.

Saat malam hari tiba, Suasana desa itu justru ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat malam hari tiba, Suasana desa itu justru ramai. Semua anak kecil berlarian keluar sembari menggenggam permen gula di tangan mereka. Namun, tiba-tiba ada seorang bocah kecil jatuh terlungkup karena tersandung batu. Li heeng berlari mendekat dan membantu bocah itu berdiri.

"Apa kau baik-baik saja? apa ada yang sakit?" tanya Li heeng khawatir dan bocah kecil itu menggelengkan kepalanya. Li heeng tersenyum sambil mengusap kepala bocah tersebut.

"Jangan lari lagi atau kau akan jatuh, bermainlah yang baik, kau mengerti?" ucap Li heeng dengan lembut dan bocah itu mengangguk kemudian pergi menyusul temannya.

Anming tersenyum melihat rasa peduli dan perhatian Li heeng terhadap anak itu. Kemudian Li heeng menghampiri Anming dan menatapnya yang sedang melamun. Ia bahkan mencolek perut Anming dengan jari telunjuknya.

Lotus PerakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang