#47. Timbul Kerinduan..

81 21 1
                                    

Song Rekom👆: Mây và biển - A Yue Yue. 🎵
______________________________________

     
      Esoknya di kediaman klan Hao, Anming duduk di depan papan catur dengan secangkir teh bunga persik. Raut wajahnya menunjukkan kegelisahan, lalu bangkit dan pergi menuju ruang pustaka. Saat menuju tempat tujuan, ia melihat keberadaan Xhucao yang baru saja selesai menemui paman Xun. Tentu Anming sangat kesal lalu mendekat dan menghentikan langkahnya.

"Aku ingin bicara empat mata denganmu" ucap Anming, dan Xhucao tersenyum tipis dengan kepala yang sedikit menunduk.

"Baik" jawabnya. Di dekat ruang pustaka, Anming menatap Xhucao dengan tatapan yang sangat dingin.

"Ada apa Anming? apa yang ingin kau tanyakan?" ujar Xhucao menunjukkan senyuman ramah.

"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan? kenapa kau bisa kenal dengan pamanku? sejak awal aku sudah curiga padamu" ujar Anming.

"Curiga? apa yang harus di curigai dariku? apa aku melakukan kesalahan?" ujar Xhucao.

"Sok polos! aku yakin semua yang pamanku tau tentang Li heeng, itu pasti darimu!! kau tidak perlu menutupinya lagi!" ketus Anming.

"Ck! sepenting itu kah aku menjual informasi kepada pamanmu? apa keuntungan yang kudapatkan dari itu?" ujar Xhucao.

"Wajahmu menunjukkan sebuah kelicikan, meski kau berkata tidak, aku tetap yakin jika ini ulahmu. Bukankah kau tidak senang, Li heeng menjadi murid terunggul di akademi Fungyao?" ujar Anming.

"Kau menuduhku? mana buktinya?" ujar Xhucao.

"Kau pasti menginginkan plakat utama dari Fungyao, iya kan? ck!! hatimu sangat busuk!" ujar Anming.

"Di mana tata kramamu Anming? permasalahanmu dengan pamanmu jangan kau bawa-bawa aku, dan soal plakat itu, aku tidak tertarik" ujar Xhucao kemudian pergi.

"Tunggu Xhucao!! suatu saat aku akan buktikan, jika kau lah dalang dari semua yang kualami!" ujar Anming dan Xhucao tersenyum miring sembari melangkah pergi.

Saat kembali ke kediamannya dengan emosi yang belum reda, Anming melihat Jiayi tengah berdiri menunggu dengan wajah yang sangat ceria. Anming bingung, kemudian mendekatinya.

"Aku punya kabar baik untukmu" ucap Jiayi.

"Kabar apa?" ujar Anming dengan wajah datarnya.

"Tadi aku memohon pada paman untuk mengizinkan aku pergi ke Xunmeng" ujar Jiayi.

"Apa?! apa maksudmu?" ujar Anming.

"Aku tau, kau pasti rindu pada kak Li heeng. Aku juga tau kalau kau khawatir dengannya, jadi aku mencari cara agar kau bisa memastikan sendiri keadaannya sekarang" ujar Jiayi.

"Jiayi, tolong jelaskan lebih detail" ujar Anming.

"Aku berasalan ingin berlibur ke Xunmeng, dan paman mengizinkan. Selama di sana, aku akan menemanimu menemui kak Li heeng" ujar Jiayi.

Anming tersenyum bahagia dan senang sekali mendengarnya, tapi tiba-tiba raut wajahnya kembali murung. Anming membalikkan badan dan berpikir, mungkin Li heeng juga tidak sudi lagi melihatnya.

"Aku tidak akan menemuinya, kita hanya akan melihatnya dari jauh" ujar Anming.

"Kenapa kak? kau bisa jelaskan semua yang terjadi selama ini padanya" ujar Jiayi.

"Apa kau pikir dia mau melihatku? setelah semua yang dia alami, apakah dia sudi mendengar penjelasanku?" ujar Anming.

"Lalu bagaimana? aku sudah susah payah mendapatkan izin ini dari paman, sayang jika kita tidak memanfaatkan kesempatan ini" ujar Jiayi.

Lotus PerakWhere stories live. Discover now