Tiga Puluh Empat

338 65 5
                                    

jam menunjukkan pukul 1 dini hari,
Kering di tenggorokan membangunkan dari tidur nyenyakku.

Sebelum berniat untuk pergi ke dapur dan mengambil segelas air putih, aku mengucek ngucek mata dan merenggangkan tanganku.

"ah.. rasanya malas sekali" batinku.

Akhirnya berselang 5 menit, akupun memutuskan untuk turun dari kasur dan menuju ke dapur.

tentu saja suasana dirumahku gelap gulita, karena beberapa lampu sengaja di matikan Bik Vie untuk menghemat listrik.

sesampainya di dapur, aku mencari saklar lampu untuk menghidupkan lampu disana. setelah usai menghidupkan lampu, aku mencari segelas air putih dingin di dalam kulkas.

untuk menetralkan rasa legaku, akupun memutuskan duduk sebentar di meja makan.

ntah apa yang aku pikirkan saat itu. Instingku menyuruhku untuk mencoba ngecek kamar Bik Vie dan Pak Rio.

Aku berjalan ke arah belakang rumahku, ketempat Kamar bik Vie dan Pak rio berada.

jauh dari pintu belakang rumah, aku mendengar secuil percakapan bisik-bisik seorang wanita yang sudah pasti itu Adalah Bik Vie.

aku merasa curiga dan perlahan mendekati pintu Kamar bik vie.

Whut? kok ada pak Rio disana?

untung saja keadaan rumah gelap remang remang. sehingga keberadaanku tak terlihat.

aku mendekatkan telinga sebelah kananku kedinding kamar Bik Vie.

"Kau yakin masih ingin melakukan perbuatan Kotor itu?! Nona Emma dan teman temannya..."

Betapa terkejutnya aku, mendapati Bik Vie menyebut namaku dalam percakapan itu.

"aku tak peduli, aku ingin balas dendam! Anak kita mati karena Guru Sialan itu Tia!" terdengar Suara Pak Rio menahan marah.

"Apa?! Tia? apa nama Asli Bik Vie adalah Tia? apa apan ini? terus anak Pak Rio dan Bik Vie? apa mereka sepasang suami istri?!" mataku melotot, bingung, dan keningku berkerut secara bersamaan.

aku harus merekam pembicaraan mereka.

"Ah sial.. hp ku tertinggal dikamar, aku harus cepat balik ke kamar, persetan dengan rekam merekam. aku harus cari tahu sendiri" Batinku.

Akupun kembali kekamar dan melanjutkan tidur yang tertunda.

*Besok harinya...

aku meraih hp di samping bantal tempatku tidur. dan mulai mengetik..

Emma : aku dapat masalah baru guys

Kevin : APA

Sandra : APA

Leo : APA

Emma : Kalian taukan pembantu dan supirku?

Leo : Tau, Bik vie dan Pak rio bukan?

Emma : yak, benar sekali. ada yang kucurigai dari mereka berdua.tapi akan ku ceritakan di sekolah Lebih lanjutnya. Sampai jumpa di sekolah guys.

KLIK.

akupun menutup ponselku, dan bersiap kesekolah.

Setelah aku selesai dengan pakaianku, aku dikejutkan dengan kedatangan Ayah dan Ibuku.

"Halooo sayang, Mama pulang, kau suda ingin kesekolah ya? cepat sekali?" mama memelukku dan mengecup pucuk kepalaku.

akupun membalas pelukan mama

"Mam... aku sangat merindukanmu, Mana papa?" tanyaku

"Papa dimeja makan nak, ia sangat kelaparan hihi, karena kami baru saja sampai" kata Mama lagi.

"baikla kalau begitu ma, ayo kita kebawah, aku tak sabar ingin menyapa papa" kataku.

Akupun berlari kecil menuju lantai satu tempat dimana dapurku berada.

"PAPAAA...." aku berteriak memanggil papa dari tangga, dan seketika papa tersenyum padaku.

"ayo duduk disini Emma, kau akan berangkat kesekolah bukan?" kata Papa

akupun mengiyakan, dan duduk disamping papa. kamipun menyantap makan pagi kami dengan suka cita.

Sampai akhirnya aku teringat, kalau aku ada misi rahasia yang harus aku pecahkan bersama sahabat-sahabatku.

"paa.. maa.. aku harus kesekolah sekarang" kataku

"makanmu belum habis" kata Mama,

"Aku harus kesekolah ma, bye ma, pa" tanpa persetujuan orang tuaku, aku tetap melangkah pergi dan menemui pak Rio yang sudah siap dengan mobilku.

diperjalanan..

melalui kaca spion mobil, aku menatap lekat pak Rio.

"apa yang sedang di sembunyikan Pak Rio? Anaknya? Siapa dia?"

kalimat itu selalu berputar di kepalaku.

karena mungkin merasa risih, pak Rio kembali menatapku.

"Ada apa Non?" kata Pak rio.

"um.. tak apa Pak Rio. anda terlihat tampan hari ini xixi" kataku mengalihkan pembicaraan.

pak Rio yang tak curiga sama sekali hanya bisa tersenyum.

Disamping mobilku, tiba-tiba ada mobil polisi yang ntah kenapa sangat dekat dengan sisi kanan mobilku.

Aku yang seketika itu langsung bertanya pada pak Rio yang mukanya sedikit ketakutan.

"pak.. Itu mobil polisinya kenapa dekat banget sama mobil kitaa? dan sirinenya berbunyi lagi. kita seperti tersangka saja" kataku pada Pak rio.

"Nona jangan khawatir, sepertinya Polisi ini ingin menilang kita. padahal kita tidak ada salah sama sekali" Kata pak Rio saat itu.

tak lama, kaca mobil polisi itu terbuka. dan Telihatlah dua orang polisi sedang menatap Pak Rio.

"Pak, mohon minggir terlebih dahulu. ada yang ingin disampaikan" kata Polisi itu sangar.

tapi yang kudapati, pak Rio malah menambah kecepatan mobilku.

BERSAMBUNG...

Psycho High SchoolWhere stories live. Discover now