Dua

16.2K 596 4
                                    

"miss.. ak.. aku.." Gadis itu menangis sekencang-kencangnya yang membuat miss Lia merasa kasihan.

Pembicaraan mereka terhenti sampai di situ. karena miss Lia bergegas membawa gadis itu pergi menjauh dari kelasku.

Rasa penasaran menggerogoti aku. aku terdiam sejenak.

"yaaahhh.. mereka pergi" ucap salah satu siswi kecewa.

"kemana mereka?" ucap yang satunya

"palingan kekantor majelis guru" sahut temannya yang lain

Karena aksi lihat melihat selesai, semua orang di kelas kembali duduk ke tempat duduk mereka masing-masing.

dengan sedikit termenung, aku pun juga ikutan berjalan kembali ke tempat duduk. sampai sampai teman yang duduk di bangku depan mengagetkanku.

"hei Emma!" katanya sama mengetuk meja.

aku pun terkejut.

"hah? yaa?" kataku

"kau melamun" katanya

"hmm.. ah.. anu, aku mau ke toilet dulu ya"

Ntah mengapa aku spontan berbicara seperti itu dan dengan tak sengaja berjalan menuju toilet.

Perjalanan menuju toilet tentu harus melewati ruang majelis guru. dari kejauhan aku melihat ruang kepala sekolah di samping ruang guru pintunya sedikit terbuka.

Aku menyipitkan mata dan memperlambat jalanku. memastikan apa yang aku lihat benar-benar pasti.

ternyata benar, pintu ruang kepala sekolah sedikit terbuka.

Aku yakin, pasti miss Lia dan gadis itu berada di ruang kepala sekolah

Karena tak ingin membuang kesempatan emas untuk menguping pembicaraan, aku pun mulai mendekati ruang kepala sekolah diam-diam dan menyandarkan tubuhku di dinding di samping pintu masuk ruang kepala sekolah.

mulai ku simak pembicaraan mereka dan mendengarkannya dengan baik

"yaa miss.. aku melihatnya" kata gadis itu masih menangis

"tenangkan dirimu nak" kata kepala sekolah

"apa yang kau lihat Marsya?" sambung miss Lia

"aku melihat, ada potongan tangan di gudang tempat alat olahraga miss, dan.. dan.. itu berdaraah! sangat banyak darah disana" jawab gadis itu.

Aku kaget bukan main. langsung ku tutup mulutku dengan kedua tanganku.

apa itu memang benar terjadi? gumamku dalam hati.

aku kembali terdiam. dan kembali mencerna kata-kata Marsya.

karena merasa sudah cukup dapat informasi mengenai masalah Marsya kenapa ia menangis sambil berlari tadi, aku pun melanjutkan perjalanan menuju toilet.

BERSAMBUNG...

Psycho High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang