Dua Puluh Tiga

10.9K 577 191
                                    

cklek...







krieeettt...











zzztt zttt...











ztttt... zzzttt...














"BANGUN!"












"Aku membuka mata perlahan.. pusing.. amat teramat pusing..."




hah?! Aku dimanaa?? LAGI?!











"HAHAHAHA... Dasar Bodoh! Anak Bodoh! Kenapa kau datang ke sarang Harimau hah?" Tanya Suara bariton itu










Masih dalam keadaan belum terlalu sadar, dan masih dalam keadaan mencoba untuk memfokuskan penglihatan, aku mendengar suara itu.

Siapa?

Hahhh!! apa jangan jangann d.. diaa...




pe.. peem.. bunuhnyaaa...










aku ingin mengeluarkan suaraa. tapi rasanya susah sekali









"hmmmmmppp... hmmmppp..." ternyata mulutku ditutup rapat dengan kain. ntah kain apaa

aku menggoyang goyangkan tubuhku, aku diikat, di kursi, diruangan yang redup, minim cahaya, sehingga aku tak bisa melihat dengan jelas siapa orang itu.








"Sudah sadar Nona muda? hmm?" Kata Suara itu



Aku hanya bisa menggerak gerakkan tubuhku, mencoba melepaskan ikatan, dan segera pergi dari tempat ini

jantungku memompa darah dengan cepat. Takut...

itulah yang kurasakan sekarang. seluruh tubuhku menggigil

apakah ini sudah waktuku? pembunuhan macam apa yang akan di gunakan dia padaku? akankah sakit?

orang itu masih belum menampakkan wajah nya, ia bersembunyi di balik kegelapan yang tidak tersinari oleh lampu.

aku tak tau dimana persis dia bersembunyi, mataku milirik kanan dan kiri ingin mencari keberadaanya.

"Apa yang kau cari nak? ha ha ha"

tiba tiba tangan besar memegang pundakku dari belakang.

ia berbicara tepat di telinga kanan ku.

badanku terasa seperti mati rasa.

deru napasnya terdengar sangat jelas di telingaku..

tangan kirinya masih berada di pundakku, sedangkan tangan sebelah kanannya mengarah keleher ku dengan Pisau di genggamannya.

sontak mata ku terbelalak, badanku menggigil, tanpa kusadari air mataku tak dapat di tahan lagi..

"Ssssst... jangannn menangiss nona muda... pisau ini tidak akan menggorok leher mu... jika kau ikut pada perintahku" kata pria itu sambil menggesek gesekkan bagian tumpul pisau itu ke leher ku.

sangat susah bagiku menelan saliva..
aku ingin berbicara padanya, tapi apa daya. mulut ku tertutup rapat

"Bagaimana? apaa kau setuju?" katanya lagi..

ia pun mulai membuka penutup mulutku. sehingga aku leluasa bernapas.

"App... apaa.. mau mu?" kataku

Psycho High SchoolWhere stories live. Discover now