Lima Belas

8.8K 327 7
                                    

sontak aku dan sandra saling pandang dan menatap Leo dan Kevin secara bergantian

mencoba mencerna kata-kata yang barusan di lontarkan oleh Leo

"Kau menuduhku?"tanya Kevin

"YA! kelihatan dari wajah mu! dan kau! kau sudah membuat permainan ini begitu bagus, sehingga orang lain pun tidak bisa membongkar identitas aslimu sang psikopat!" kata Leo marah, dan dia sedang bersedia ingin meninju Kevin tapi aku langsung memegang kepalan tangannya

"STOP! STOP! HARUSKAH KALIAN SEPERTI INI?!!" kataku sambil menangis lagi

Sandra yang saat itu menyaksikan hanya bisa membisu

Leo dan Kevin saling diam. Leo sudah melepas cekalan tangannya dari kerah baju Kevin

"Hikss.. hikss.. udah? huh? udah kelahinya? kalian tau? kalian berdua itu bodoh!!" sambungku

mereka masih diam

"Ini.. ini.. yang di inginkan si pembunuh laknat itu! membuat kita lemah dengan merenggut nyawa teman kita!" kataku

"huft.. sudah Emma sudah. tenangkan dirimu" tiba tiba Sandra mendekat dan mengelus pundakku

aku berjalan bolak balik tak karuan..

"aku bingung, kenapa jadinya seperti ini huh?" kataku sambil menggigit jari

"Leo Kevin. aku mohon pada kalian.. kontrol emosi kalian itu. marah marah tak jelas tak akan menyelesaikan masalah bukan?" tanya Sandra pada Kevin dan Leo

mereka masih terdiam.

saat itu Leo membuang wajahnya dan mendengus terpaksa

"maafkan aku kevin. tak seharusnya aku bersikap seperti itu padamu" kata Leo

"ya sobat. aku sudah memaafkan mu. mungkin apa yang dikatakan Emma benar. sipelaku sengaja melakukan semua ini agar kita tak bisa menghentikan perbuatannya. dan membuat kita saling tuduh menuduh.." Jawab Kevin

"sekarang bagaimana?" tanya Sandra

"hmm entahlah. aku masih bingung" Kata Kevin

"bagaimana kalau kita kembali lagi malam ini ke sekolah? melanjutkan misi kita yang sempat terhambat tadi malam?" Sahut Leo

"aku setuju" kata ku

"aku juga" kata Kevin

dan diikuti anggukan Sandra.

Bel pulang sekolah berbunyi...

Sesaat ingin sampai di gerbang depan sekolah, aku berjumpa dengan Sandra. aku memanggilnya dan ia pun menoleh padaku

"eh ma, ada apa?" katanya

"umm tidak apa san, oh iya mana Leo Kevin?" kataku

"tadi mereka masih didalam kelas. aku keluar duluan karena katanya kakak ku sudah hampir dekat dengan sekolah. nyatanya dia tidak terlihat sampai sekarang" kata Sandra.

"ooh begitu, btw aku sudah dijemput nih, aku duluan yaa" kataku

"iyaa.. hati-hati emma" kata Sandra

aku mendekati mobil ku, dan melambaikan tangan pada Sandra

sesampainya di rumah, aku meletakkan sepatu sekolah dirak sepatu tepat di samping pintu masuk. orang tua ku sedang tidak di rumah. mereka sedang bekerja diluar kota karena urusan bisnis perusahaan.

untuk beberapa hari ini aku tinggal bersama bik Vie dan pak Rio. pembantu rumah tanggaku dan supir pribadiku.

saat masuk kerumah, aku di sambut hangat oleh bik Vie. orang keturunan cina yang bekerja sudah lama di rumahku.

"nona, bibik sudah masakkan makan siang untukmu" kata bik Vie

"iya bi, nanti aku akan makan, aku ingin ke kamarku dulu." kataku

bibik Vie hanya mengangguk.

aku pun bergegas pergi kekamarku. sampainya di kamar aku melempar tasku ke atas meja belajar. dan melemaskan badanku di atas kasur.

"haaaaahhh.... leganyaa sampai di kasur" sambil meregangkan tangan

karena merasa bosan aku menuju meja belajar dan mencari beberapa novel lama yang sudah aku letak di bawah laci meja belajar

saat ku buka, aku menemukan sesuatu yang membuatku bingung

sebuah pisau?

aku mengambilnya dan melihat dengan tatapan bingung

semenjak kapan aku menyimpan pisau? piaau ini... sepertinya aku mengenalinya

terus ku perhatikan setiap inci dari pisau ini. pisau ini berwarna keperakan. tidak terlalu besar tapi aku yakin tajam

yang menjadi pertanyaan dalam otakku adalah kenapa bisa ada di dalam laci meja belajarku?

Ahh.. mungkin aku lupa meletakkan pisau ini kedapur, mana tahu aku pernah membawa beberapa buah-buahan dan mengupasnya di kamar

aku kembali meletakkan pisau itu. dan kembali lagi pada apa yang aku cari

yaitu novel lama.

...Chapter LEO...

Entah kenapa aku merasa tidak terima dengan kematian sahabatku Vansya.

aku merasa sangat sangat terpukul. sekarang aku hanya bisa berkecambuk dengan pikiranku sendiri.

menerka nerka apa masalah Vansya sehingga Vansya yang menjadi korban kedua?

Sempat aku lost control tadi disekolah, aku tak bisa menahan amarahku pada Kevin. karena dengan melihat sifat Kevin yang biasa-biasa saja aku jadi merasa curiga padanya

Tapi, kenapa ia tega membunuh Vansya? apasalahnya? kenapa mesti sekarang? kenapa tidak dari dulu saja ia bunuh?

pertanyaan itu yang selalu berputar-putar di otakku.

tapi, aku disadarkan oleh Emma dan Sandra. mana mungkin Kevin tega melakukan tindakan sekeji itu.

Aku menyanyangi Vansya lebih dari sahabat. karena Vansya sudah aku anggap sebagai adikku sendiri.

Sebelum kami berlima tergabung menjadi sahabat, aku sudah kenal lebih dulu dengan Vansya.

ya. kami satu smp. dan Vansya merupakan orang yang bisa membuat aku tenang pada saat aku dalam kondisi tidak baik

sekarang, aku sudah kehilangan adik angkatku.

sekarang apa yang harus aku lakukan? mencari pelaku tidak semudah yang dibayangkan. ia membuat rencana pembunuhan dengan sangat detail. sehingga ia tak terlacak sedikitpun oleh polisi.

ah sudahlah. aku dan sahabat-sahabatku akan menemukan jawabannya malam ini. HARUS!!

BERSAMBUNG...

Psycho High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang