Kelas Tambahan Bersama

150 39 47
                                    

Bunyi ketukan jari di meja membuat seorang gadis berambut sebahu menoleh ke samping. Dia mengernyit, menatap sang teman sebangku dengan alis terangkat sebelah. Tangan lentik itu melambai di depan wajah si pemilik lesung pipi, berharap sosok tersebut memandang dan menyahut.

"Ai, kenapa?" tanyanya lalu menyentuh hidung yang dipanggil.

Si pemilik nama tersentak. Mulai dia menoleh dan menaikkan sedikit dagu kepada sang pemanggil. Pada detik selanjutnya, mulut Gadis itu merosot. Membentuk lengkungan murung yang jelek.

"Gimana dengan ini, Indah?" Aila masih betah memasang wajah yang sama lalu menyodorkan selembar kertas ke orang di sebelahnya.

Usai menyambar apa yang diberikan Aila, Indah membaca tiap deret huruf yang tertera sambil mengulum senyum. Dia meletakkan kembali lembar itu ke meja, membalas pandangan si teman sebangku lalu tersenyum sampai pipi tirus itu terlihat naik.

"Jangan risau, jangan panik, Kawan. Aku juga sama kayak kamu." Indah merogoh laci dan mengeluarkan selembar kertas lainnya. "Kita bakal ikut kelas belajar karena banyak enggak tuntas ujian kemarin, ye!" pekik gadis berambut sebahu itu sambil mengudarakan kedua tangan dengan memegang lembaran tersebut.

Aila menepuk jidat sendiri, menggeleng, kemudian mendesah pelan, mengeluarkan udara lelah dari mulut secara perlahan. Dia kembali mengambil kertas miliknya yang ada di tangan Indah lalu memicingkan mata ke arah sang sahabat karib.

"Kamu ini dapat kelas tambahan malah senang, seharusnya itu sedih," keluh Aila dan membaringkan kepala di atas meja.

Indah hanya menaikkan bahu tidak peduli bersamaan embusan udara keluar. Dia menepuk punggung si teman sebangku pelan sambil mengangguk perlahan.

"Selama sama kamu, aku enggak masalah, setidaknya punya satu temen yang kenal," ujarnya dengan terus mengelus pelan.

"Pokoknya setelah bel kita kumpul di perpustakaan," imbuh Indah lagi dan ikut meletakkan kepala di meja.

Suara pintu kelas dibanting membuat Aila dan Indah yang duduk di kursi paling belakang terperanjat. Tidak, bukan hanya kedua gadis itu, tetapi semua orang di sana juga terkejut dengan kedatangan murid ruang sebelah yang melambai sambil berlari ke tempat si pemilik lesung pipi.

Pemuda itu mengerutkan kening, merogoh saku seragam yang sengaja dikeluarkan dari celana. Dia meletakkan lipatan kertas ke atas meja dengan sedikit kuat sampai pemilik tersentak.

"Aila, kita enggak bisa pergi ke perpustakaan kota karena akhir pekan saya harus belajar di sekolah."

Aila mengelus dada, berusaha menetralkan kembali detak jantung yang sempat lebih kencang karena terus-menerus mendapatkan kejutan dari si pendatang.

"Alta, aku juga enggak bisa karena ada kelas tambahan untuk bisa naikin nilai semester ini," balas Aila dengan menumpu kedua siku pada meja.

Indah yang ada di sebelah Aila menendang sepatu si sahabat. Dia melirik ke arah Alta dan si pemilik lesung pipi dengan sedikit menaikkan kedua alis, kemudian memiringkan kepala.

"Ah, ya! Indah, ini Alta. Dia murid kelas sebelah," ujar Aila dengan tangan mengikuti nama yang disebutkan. "Terus Alta, ini Indah. Dia itu teman sebangku sekaligus sahabat aku," tambahnya lagi.

Indah mengernyit, membalas pandangan Alta dengan memutar arah netra ke Aila sambil menggeser bangku semakin dekat. "Ai, kamu kenal cowok berantakan gini dari mana? Jangan bilang kenal dari sosial media terus ajak ketemuan," bisiknya dan melirik ke arah subjek yang dibicarakan.

Setelah melihat percakapan di antara Aila dan Indah, Alta menaikkan sebelah alis. "Kenapa?" tanyanya dan membuat kedua gadis di depannya menoleh.

"Kamu ini ada niat jahat ke Aila, ya?" Indah berdiri dan berjalan ke hadapan Alta.

"Kamu tuduh saya sembarangan, kalo enggak bisa ngomong yang baik, lebih bagus diam aja," sahut Alta lalu berdecih.

Aila yang melihat pertikaian itu langsung bangkit, berdiri di antara kedua temannya dan berusaha melerai dengan menarik baju Altha serta Indah agar mundur satu sama lain.

"Indah, Alta itu enggak buruk, kok! Meski penampilannya kayak orang ngajak berantem, tapi dia enggak gitu," ujar Aila kepada si gadis berambut sebahu.

"Dan kamu Alta, jangan sinis gitu. Aku enggak suka," imbuh Aila dan memandang pemuda di sisi kanannya.

"Kalo kamu enggak suka, saya enggak akan gitu lagi." Alta melepaskan tangan Aila yang ada di bajunya.

Si pemilik dimple memandang Indah dan Alta bergantian, menghela napas lalu melepaskan baju sang teman sebangku.

"Kita bicara di luar!" ajaknya dan melihat pemuda bergingsul.

Usai meraih lengan besar Alta, Aila berjalan sambil menyeret pemuda itu agar ikut ke belakang kelas. Dia tidak ingin berbincang jika Indah dan orang yang dibawanya tersebut bercekcok lagi.

"Ada apa?" tanya Alta dan menggenggam balik.

Si pemilik lesung pipi menarik tangan, mundur lalu menengadah untuk membalas pandangan Alta.

"Ayo, kita bolos kelas tambahan!" ajak Aila antusias.

"Kamu mau ajak saya kencan?"

Pertanyaan Altha membuat Aila menggeleng kencang, kemudian berujar, "Kita ke perpustakaan kota aja, lihat Kak Langit. Mungkin bisa ketemu dia di sana."

Alta mengangguk, menggaruk tengkuk lalu menengadah untuk mengembuskan napas letih. "Saya balik ke kelas dulu," pamitnya dan melewati Aila begitu saja.

Mata si gadis berlesung pipi membola. Dia berbalik dan berteriak, "Kamu mau enggak kita pergi ke sana aja!"

Pemilik gingsul memutar arah, tersenyum sedikit. "Saya udah janji bakal bantuin kamu. Jadi, enggak perlu tanya itu lagi, pasti saya ikut," sahutnya membalas pandangan si lawan bicara.

Aila melengkungkan bibir ke atas sangat lebar, menunjukkan lubang kecil di pipi gembil itu semakin jelas. "Terima kasih, Alta!" serunya.

"Tapi ...." Alta berjalan mendekati Aila, membuat jarak di antara mereka hanya beberapa senti saja.

"Tapi apa?"

"Saya mau kamu janji satu hal," ujar pemuda itu lagi.

"Jangan kasi ini ke cowok lain. Cukup saya aja karena saya suka itu," imbuhnya sambil menunjuk ke arah bibir Aila dan beralih ke pipi, tepat di dimple berada.

.
.
.
Jangan lupa vote, follow dan sharenya manteman UwU UwU 😗♥️
.
.
Jangan lupa bahagia dan tersenyum untuk hari ini gaes, calangeo😘

To Be Your Starlight [Terbit✓]Where stories live. Discover now