3. Deal

89 33 0
                                    






Jimin termenung di ruangannya, memikirkan semuanya dengan hati yang lapang. Rasanya sulit menerima semua ini. Ia bisa gila jika berbicara dengan hantu. Entah apa yang membuatnya bisa melihat makhluk tak kasat mata seperti itu. Dia tidak memiliki masa lalu yang kelam kalau diingat-ingat.

Jimin itu terlalu baik jadi manusia, itu sebabnya kadang banyak yang menyalah-artikan bantuannya. Seperti saat ini.

"Pak Jimin!"

"Oh, ada apa Bu?" Jimin mendadak kikuk karena lupa nama wanita dihadapannya. Si wanita yang tahu akan hal itu hanya tersenyum. Berjalan menghampiri Jimin dengan tatapan menggoda. Jimin sudah biasa dengan hal itu.

"Pak Jimin!"

"Iya?"

Si wanita sudah berdiri disampingnya. Jimin beranjak hingga mereka saling bertatapan. Wanita itu merapikan kerah baju Jimin. Jimin hanya memasukkan tangannya di saku celana. Dia mendekatkan dirinya kepada Jimin.

"Pak Jimin mau tidak berkencan denganku?" Tanyanya penuh harap. Jimin menghela napas pelan lalu tersenyum. Melepaskan tangan si wanita dari lehernya. Entah sejak kapan tangan wanita itu bertengger di sana.

"Maaf Bu Sera, tapi saya sibuk. Masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan!" Tolaknya halus. Sera terlihat mendengus.

"Ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang, Pak Jimin memang sulit didekati. Pantas saja Pak Jimin sendirian selama ini, ternyata tidak laku!"

Nada penuh sindiran itu mampu membuat Jimin marah dalam sekejap, tapi ia tahan karena dihadapannya adalah seorang wanita. Ia tersenyum dengan tenang.

"Bu Sera tahu pintu keluar,'kan?" Tanya Jimin halus. Sera menghentakkan kakinya dan pergi dari ruangan Jimin. Jimin memijit pelipisnya sembari menopang tubuhnya di atas meja. Inilah akibat dari terlalu baik kepada banyak orang.

Jimin menghela napas. "Sebaiknya aku pulang. Ah, aku harus berdiskusi dengan hantu itu!"

Jimin membuka pintu apartemennya. Suara hening di dalam apartemen membuatnya mengernyitkan alis, walau sebenarnya ia sudah biasa dengan suasana hening ini ketimbang rumahnya dulu tapi tetap saja ia heran karena ada penghuni lain di dalamnya.

"Hantu jelek! Kau dimana?" Masih hening. Hingga suara debuman dari arah dapur mengalihkan atensinya. Jimin berjalan ke sana dan mendapati Dahyun tengah membuka kulkas.

"Apa yang kau lakukan?" Dahyun langsung melompat mundur karena terkejut, bahkan kepalanya sampai terantuk lemari bagian atas. Ia mengaduh kesakitan.

"Aww, sakit!"

"Kau baik-baik saja?"

"Kenapa kau datang tiba-tiba?" Marah Dahyun.

"Kenapa kau jadi menyalahkanku? Aku sudah memanggil-manggilmu tadi!" Jimin kesal karena di salahkan. Dahyun bungkam.

"Ah maaf. Aku tidak mendengar kau datang tadi. Aku terlalu sibuk melihat-lihat!" Jimin mengangguk saja, memaklumi. Ia mendudukkan dirinya di kursi bar pada dapurnya dan menyuruh Dahyun untuk duduk.

"Kita harus buat kesepakatan jika kau ingin tinggal di sini. Jika kau setuju kau boleh tinggal di sini jika tidak silahkan angkat kaki!"

"Jangan kejam kepada seorang gadis. Laki-laki macam apa kau!" Jimin mendengus.

"Terserah, ini rumahku. Kau hanya menampung di sini!"

"Baiklah, jadi apa?"

Jimin menuliskan sesuatu di dalam kertas yang memang sudah ia siapkan. Dahyun menunggu apa yang pemuda itu tulis untuk perjanjian mereka.

Adorable GhostOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz